Cara Deteksi Gangguan Bipolar pada Dirimu atau Orang di Sekelilingmu

30 Maret 2018 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasien bipolar. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasien bipolar. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Karena kurangnya informasi, pengetahuan serta pemahaman atas bipolar, banyak orang tidak menyadari bahwa orang terdekat di sekitar atau bahkan dirinya sendiri mengalami gangguan bipolar.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya ada beberapa tanda dari gangguan bipolar yang bisa kita lihat dari para penderitanya. Tanda-tanda ini dapat menjadi peringatan bagi sang penderita ataupun keluarga dan kerabatnya agar segera menghubungi dokter atau psikiater sebelum gangguan bipolar tersebut menjadi lebih parah dan sulit ditangani.
Menurut Hervita Diatri, psikiater di RSCM yang juga merupakan Seksi Bipolar PDSKJI, sering kali dokter atau psikiater kesulitan untuk bisa mendiagnosis gangguan bipolar.
"Dari data terbaru, kami (dokter dan psikiater) masih memiliki kesalahan dalam mendeteksi orang dengan gangguan bipolar," ujar Hervita pada acara Seminar Kesehatan World Bipolar Day 2018 dan Launching Boneka Hagi di Jakarta, beberapa waktu lalu..
Hervita Diatri, Seksi Bipolar PDSKJI (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hervita Diatri, Seksi Bipolar PDSKJI (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
S. Nassir Ghaemi, direktur Mood Disorders Program di Tufts Medical Center di Boston, AS, juga menjelaskan hal yang sama. "Banyak simtom (bipolar) yang mirip dengan simtom dari gangguan kejiwaan lainnya," katanya dikutip dari Health.
ADVERTISEMENT
Namun begitu Hervita berpendapat ada beberapa gejala yang bisa menjadi penanda atas terjadinya gangguan bipolar pada seseorang. "Jadi gangguan bipolar itu ada dua kutub, yang pertama adalah manik dan yang kedua adalah depresi," jelasnya.
Penderita gangguan bipolar akan mengalami perubahan suasana hati. Yang pertama adalah fase manik dan kedua adalah fase depresi.
Dalam keadaan manik biasanya orang dengan gangguan bipolar memiliki perasaan yang sangat senang, energinya berlebih hingga mampu tidak tidur dalam jangka waktu yang cukup lama, dan juga bisa mengeluarkan banyak ide.
Sementara di kutub lainnya, yaitu depresi, biasanya penderita gangguan bipolar merasa sangat sedih, lesu, memikirkan bunuh diri, dan menjauhi teman serta keluarga.
ilustrasi Bipolar. (Foto: Pinterest)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Bipolar. (Foto: Pinterest)
Meski orang dengan gangguan bipolar lebih sering memikirkan soal bunuh diri ketika fase depresi, menurut penjelasan Hervita, kemungkinan terjadinya bunuh diri justru lebih tinggi pada fase manik.
ADVERTISEMENT
"Pada (fase) manik kemungkinan bunuh diri lebih tinggi dibanding pada (fase) depresi, hal ini karena saat manik penderita gangguan bipolar memiliki lebih banyak energi," papar Hervita.
Gangguan bipolar sendiri adalah jenis gangguan jiwa yang sering berkembang di akhir masa remaja atau dewasa awal seseorang. Setidaknya setengah dari semua kasus gangguan bipolar dimulai sebelum usia 25 tahun.
Gangguan jiwa ini bersifat kronik, serius, dan sering berpotensi fatal. Angka kematian akibat gangguan bipolar 2-3 kali lebih tinggi daripada skizofrenia. Angka tersebut bahkan 20 kali lebih tinggi daripada populasi umum.
Dengan pemahaman yang baik atas gangguan bipolar, Hervita mengharapkan kita semua dapat membantu orang-orang terdekat dalam mendeteksi kemungkinan gangguan bipolar yang berbahaya itu.
ADVERTISEMENT