San Andreas Fault

Cara Negara Lain Menyikapi Keberadaan Sesar Aktif

23 Februari 2019 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Indonesia bukan satu-satunya negara di dunia yang dilalui oleh sesar aktif macam Sesar Lembang. Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Taiwan adalah contoh tiga negara yang juga hidup bersama ancaman gempa besar akibat aktivitas sesar aktif yang melintasi wilayah mereka.
ADVERTISEMENT
Ketiga negara itu tidak tinggal diam dan punya cara sendiri untuk menyiasati keberadaan aktif yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan gempa besar. Masing-masing negara memiliki strategi untuk meminimalisasi dampak bencana yang diakibatkan pergerakan sesar. Berikut ulasannya.
Amerika Serikat
Penampakan San Andreas Fault dari Europa. Foto: NASA
Negara bagian California di Amerika Serikat merupakan wilayah yang dilalui oleh Sesar San Andreas. Sesar ini membentang sepanjang 1.200 kilometer.
Sebuah laporan berjudul “The Uniform California Earthquake Rupture Forecast, Version 3—The Time-Independent Model” yang disusun Badan Geologi AS (US Geological Survei), menyebut ada kemungkinan wilayah California akan diguncang gempa bumi sebesar 6,7 magnitudo akibat pergerakan patahan aktif tersebut.
Penampakan Sesar San Andreas di Pegunungan Sierra Madre. Foto: Library of Congress
Untuk mempersiapkan diri menghadapi ‘The Big One’ (gempa besar) selanjutnya, California kemudian mengembangkan sistem peringatan dini gempa yang disebut dengan ShakeAlert. Sistem peringatan dini ini dikembangkan oleh Badan Geologi AS yang bekerja sama dengan berbagai universitas di Amerika Serikat. ShakeAlert diharapkan bisa bekerja dengan sangat cepat sehingga bisa memberikan peringatan dini bahkan sebelum gempa terjadi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan lansiran LA Times, sistem pendeteksi gempa ini diklaim telah berhasil memprediksi beberapa gempa yang terjadi di California, seperti gempa Encino, La Habra, dan Westwood. Namun saat ini hanya beberapa akademisi dan orang dari pemerintahan saja yang sudah dapat menggunakan prototipe dari ShakeAlert.
Contoh peringatan yang dikeluarkan ShakeAlert
Tak hanya mengembangkan sistem pendeteksi gempa yang bisa memberi informasi dengan sangat cepat, pemerintah California juga memberi buku panduan untuk umum yang bisa didapatkan secara gratis untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi gempa bumi.
Buku ini diawali dengan tulisan mengenai prediksi gempa besar, pengenalan terhadap sesar, dan prediksi tsunami setelah gempa. Selain itu, dalam buku panduan ini juga terdapat berbagai strategi untuk menyelamatkan diri saat terjadi gempa dan petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah gempa.
ADVERTISEMENT
Selandia Baru
Bidang patahan Sesar Alpine yang muncul di Sungai Waikupa. Foto: Dushan Jugum via Wikimedia Commons
Selandia Baru juga merupakan negara yang dilalui oleh beberapa sesar aktif. Salah satunya Sesar Alpine yang membentang 600 kilometer di South Island. Patahan aktif ini telah menyebabkan terjadinya gempa dengan kekuatan hingga 8 Magnitudo sebanyak empat kali dalam kurun 900 tahun, yaitu pada tahun 1100, 1450, 1620, dan 1717.
Hasil penelitian pada 2012 yang dibuat GNS Science, lembaga penelitian geologi dan geofisika Selandia Baru, mengatakan gempa besar akibat aktivitas Patahan Alpine akan terjadi 50 tahun lagi.
Sebagai respons terhadap prediksi gempa tersebut, Selandia Baru memiliki program yang disebut dengan Alpine Fault Magnitude 8 (AF8). Program ini dilakukan 3 tahun sekali untuk membuat model ilmiah, perencanaan, dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kemungkinan terjadinya gempa besar di South Island.
ADVERTISEMENT
Selain punya program AF8, Selandia Baru juga memiliki organisasi pemerintah yang bertugas meneliti gempa serta memberi edukasi untuk mempersiapkan warga dalam menghadapi bencana. Situs resmi EQC memberikan berbagai tips, mulai dari memilih rumah dan apartemen hingga membangun rumah agar lebih aman saat bencana terjadi. Tips pemilihan rumah atau apartemen ini tentu saja mencakup faktor area atauh dekat-jauhnya lokasi banguanan dari sesar aktif atau wilayah rawan bencana.
Secara lebih khusus lagi, pendirian bangunan di Selandia Baru tidak boleh dilakukan di zona-zona berbahaya sesar yang memang harus dihindari (fault avoidance zones). Terkait hal ini, pemerintah Selandia Baru telah membuat peta berisi zona-zona berbahaya sesar aktif, yakni zona sekitar 20 meter dari kanan-kiri sesar-sesar aktif tersebut.
ADVERTISEMENT
Taiwan
Letak Sesar Chelungpu dan lokasi gempa Chi-Chi Foto: Chieh-Hung Chen
Taiwan punya dua sikap penting terhadap keberadaan sesar-sesar aktif pemicu gempa di negaranya. Pertama, adalah membuat peta sesar aktif Taiwan.
Peta ini dibuat oleh Pusat Survei Geografi Taiwan (Central Geographical Survey). Dalam peta ini tercatat ada 42 sesar aktif di seluruh wilayah Taiwan.
Kedua, membuat dan menerapkan regulasi pendirian bangunan yang tahan gempa. Aturan ini dibuat dan ditegakkan atas dasar pengalaman buruk gempa yang mereka rasakan.
Pada 1999, gempa Chi-Chi mengguncang di Taiwan. Gempa itu muncul akibat aktivitas Sesar Chelungpu.
Gempa tersebut tercatat memiliki kekuatan 7,4 magnitudo dan getarannya terasa hingga ibu kota Taipei yang berjarak 150 kilometer di sebelah utara pusat gempa. Gempa kala itu memakan korban 2.400 jiwa dan menghancurkan lebih dari 8.500 bangunan.
Kerusakan yang terjadi akibat gempa Chi Chi 1999. Foto: Oregon State University
Sebelum munculnya gempa di Chi-Chi, Taiwan telah memiliki regulasi untuk membangun bangunan yang tahan terhadap gempa (Seismic Design Code for Buildings) yang dibuat berdasarkan regulasi bangunan AS (US Uniform Building Code) dan kemudian mengalami perubahan pada tahun 1997.
ADVERTISEMENT
Tiga bulan setelah Gempa Chi-Chi, Taiwan kembali melakukan pembaharuan terhadap peraturan bangunan tahan gempa mereka hingga akhirnya peraturan terbaru ditetapkan sejak tahun 2005.
Peraturan itu tidak hanya dibuat oleh Taiwan, tapi juga diterapkan dan ditegakkan. Setelah adanya peraturan baru, sebagaimana diberitakan Strait Times, bangunan di Taiwan cenderung tahan gempa dan hanya bangunan-bangunan tua yang dibangun sebelum adanya peraturan baru tersebut yang runtuh karena gempa.
Pada 6 Februari 2016 misalnya, gempa yang terjadi di barat Taiwan menyebabkan runtuhnya sebuah apartemen. Apartemen ini merupakan satu-satunya bangunan yang hancur, bahkan hingga memakan korban 117 jiwa.
Lima orang kemudian ditetapkan sebagai tersangka, termasuk pengembang dan dua arsitek apartemen tersebut, dengan tuduhan lalai saat pembangunan apartemen tersebut. Mereka semua dihukum lima tahun penjara.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten