news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cermat Lihat Peluang, Denmark Ubah Masalah Sampah Jadi Bisnis

21 Maret 2019 19:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendera Denmark. Foto: Torben7400/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Denmark. Foto: Torben7400/Pixabay
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah salah satu penyumbang limbah padat terbanyak di dunia. Tiap tahunnya Indonesia memproduksi lebih dari 65 juta ton limbah atau sampah padat.
ADVERTISEMENT
Morten Holm van Donk, penasihat sektor lingkungan Kedutaan Denmark untuk Indonesia, mengatakan bahwa angka tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah populasi di Indonesia.
"Dengan peningkatan populasi dan ekonomi Indonesia, tiap tahunnya jumlah limbah akan meningkat. Diestimasi peningkatan antara dua sampai empat persen per tahunnya," ujar Morten dalam suatu acara diskusi media di kediaman Duta Besar Denmark di Jakarta, Kamis (21/3).
"(Masalahnya), hanya sekitar setengah dari 65 juta ton limbah itu yang dikumpulkan dan dibawa ke tempat penampungan sampah. Sedangkan sisanya akan berakhir di alam, di sungai atau di lautan," sambung Morten.
Morten Holm van Donk, penasihat sektor lingkungan Kedutaan Besar Denmark. Foto: Sayid Razqa/kumparan
Morten mengatakan bahwa Indonesia dan Denmark telah memulai usaha kerja sama untuk mengatasi masalah ini. Ia menjelaskan bahwa kerja sama dilakukan langsung oleh kementerian lingkungan dari masing-masing negara.
ADVERTISEMENT
"Kementerian lingkungan Denmark bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kedutaan Besar Denmark di Jakarta berkolaborasi dalam usaha transisi Indonesia ke arah Circular Economy and Solid Waste Management," kata Morten.
Circular Economy and Solid Waste Management adalah sebutan bagi sistem ekonomi yang mendaur ulang setiap material yang ada. Sistem ekonomi ini dilakukan Denmark dan diklaim bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan.
"Kita semua sepakat bahwa jumlah limbah di tempat penampungan sampah harus dikurangi. Sampah di sana bisa mencemari air dan lingkungan," kata Rasmus Abildgaard Kristensen, Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Timor-Leste, Papua New Guinea dan ASEAN.
"Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, tapi di Denmark kami menemukan cara untuk (monetize) menguangkan masalah sampah ini," tambahnya.
Rasmus Abildgaard Kristensen Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Timor-Leste, Papua New Guinea dan ASEAN. Foto: Sayid Razqa/kumparan
Menurut Rasmus, dengan menguangkan masalah sampah, orang-orang akan tertarik dan lebih terdorong melakukan sesuatu demi masalah ini.
ADVERTISEMENT
"Di Denmark, kami juga melakukan kampanye agar orang tidak buang sampah sembarangan, dan banyak LSM-LSM di seluruh dunia yang melakukan kampanye serupa. Itu hal yang bagus, tapi tidak akan menyelesaikan masalah ini," papar dia.
"Dan kunci penting di Denmark adalah kemampuan untuk menguangkan limbah itu. Banyak caranya, misalnya, pajak atau menjualnya melalui Circular Economy," kata Rasmus.
Di Denmark, ia mencontohkan, perusahan-perusahaan yang membuang limbah harus membayar pajak, tapi perusahaan-perusahaan tersebut sebenarnya juga menjual limbah mereka sehingga justru bisa mendapatkan uang dalam sistem Circular Economy.
Perusahaan LEGO di Denmark, misalnya, telah melakukan sistem itu. Rasmus mengatakan bahwa LEGO menggunakan plastik dan menghasilkan limbah plastik.
Rumah Lego di Kopenhagen, Denmark. Foto: Scanpix Denmark/ Ida G. Arentsen/via Reuters
Uniknya, tak jauh dari lokasi LEGO ada perusahaan-perusahaan lain yang menggunakan limbah plastik dari LEGO untuk menghasilkan produk lain. Menurut Rasmus, limbah dari pabrik LEGO kemudian dimanfaatkan untuk pemanfaatan pembuatan karpet dan alat plastik lainnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi ini adalah salah satu contoh Circular Economy. Perusahaan-perusahaan ini jadi tetangga satu sama lain karena mereka bisa memanfaatkan limbah dari yang lainnya," jelas Rasmus.
"LEGO jadi tak perlu menghabiskan uang untuk membuang limbah plastiknya. Bahkan mereka bisa mendapat uang dari situ," tambah dia.
Rasmus mengatakan bahwa Indonesia punya potensi besar untuk Circular Economy. Ia berharap akan ada banyak pelaku bisnis yang mengubah anggapannya soal limbah atau sampah, dari masalah menjadi sumber pundi-pundi rupiah.
"Ini adalah peluang bisnis yang luar biasa besar," imbuh Rasmus.