Dampak Kebijakan Kerja 4 Hari dan Libur 3 Hari untuk Karyawan Anda

22 Januari 2019 7:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tidur siang membantu kerja lebih baik. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Tidur siang membantu kerja lebih baik. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Sudah ada beberapa perusahaan di dunia yang berani mengambil kebijakan anti-mainstream, dengan menetapkan sistem 4 hari kerja dan libur 3 hari dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
Inisiatif ini dimulai oleh perusahaan Perpetual Guardian asal Selandia Baru. Kebijakan ini kemudian ditiru oleh perusahaan riset asal Inggris, Wellcome Trust.
Pada Maret nanti, Wellcome Trust akan memberikan sekitar 800 karyawannya libur tambahan setiap Jumat tanpa ada potongan gaji. Meski begitu, Ed Whiting selaku direktur kebijakan, menggarisbawahi aturan ini masih dalam tahap uji coba.
Wellcome Trust tertarik untuk mencoba penambahan libur karena melihat keberhasilan Perpetual Guardian. Perusahaan tersebut telah melakukan uji coba dan menetapkan secara permanen aturan empat hari kerja dalam seminggu sejak April 2018 lalu.
Hasilnya dianggap sukses. Bahkan aturan tersebut dipelajari dalam sebuah studi oleh beberapa akademisi. Salah satunya adalah Helen Delaney, lektor senior University of Auckland Business School yang juga anggota tim peneliti dalam studi.
ADVERTISEMENT
"Secara keseluruhan, saya akan bilang bahwa hasil percobaan ini sangat positif," ujar Helen Delaney, lektor senior University of Auckland Business School, yang juga anggota tim peneliti dalam studi.
"Hasil studi ini benar-benar bermanfaat. Pertama, para staf merasa ini benar-benar meningkatkan kualitas kerja mereka, kedua ini juga meningkatkan kualitas kehidupan mereka," tambahnya seperti dikutip dari NZ Herald.
Ilustrasi rekan kerja yang menyenangkan (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rekan kerja yang menyenangkan (Foto: Thinkstock)
Sekitar 78 persen dari para karyawan merasa lebih baik karena berhasil mengatur keseimbangan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi. Angka itu menunjukkan peningkatan 24 persen dibanding karyawan yang bekerja lima hari dalam seminggu.
Ditemukan tingkat stres para karyawan menurun hingga tujuh persen. Program ini juga meningkatkan perasaan terstimulasi, komitmen, dan pemberdayaan, secara signifikan pada para karyawan. Di samping itu, secara keseluruhan kepuasaan hidup karyawan meningkat sebanyak lima persen.
ADVERTISEMENT
Hari libur ekstra membuat karyawan merasa tidak berada dalam "tekanan psikologis" dan punya waktu lebih banyak di rumah, yang meningkatkan motivasi mereka saat bekerja.
Meski begitu, media The Guardian asal Inggris, melaporkan studi yang mempelajari empat hari kerja dalam seminggu menemukan adanya peningkatan stres pada para karyawan, karena ada orang yang merasa kesulitan harus menyelesaikan kerjanya dalam waktu yang lebih sedikit.
Bahkan beberapa manajer melaporkan ada karyawan yang menggunakan hari libur tambahan sebagai "hadiah" dan tidak menjadi lebih efisien dalam bekerja.
Selain itu, ada potensi risiko berkurangnya fleksibilitas ketika karyawan diminta bekerja hanya dari Senin hingga Kamis.
Ilustrasi eksekutif muda liburan. (Foto: Shutter stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi eksekutif muda liburan. (Foto: Shutter stock)
Sementara itu, Jarrod Haar, profesor ilmu manajemen sumber daya manusia di Auckland University of Technology yang melakukan studi atas aturan Perpetual Guardian, mengatakan bekerja empat hari dalam satu minggu membuat karyawan bisa bekerja lebih efektif.
ADVERTISEMENT
"Temuan paling penting dalam studi ini adalah para karyawan jadi memikirkan apa yang mereka kerjakan, dan bagian pekerjaan mana yang paling penting," ujar Haar kepada Huffington Post.
Bahkan ia menemukan laporan para karyawan merasa tuntutan pekerjaan mereka menurun padahal secara teori mereka harus bekerja lebih intensif untuk menjaga performanya. Para karyawan juga jadi lebih sering membantu satu sama lainnya.
Model kerja seperti ini, menurut Hunch, cocok untuk industri dengan alur kerja yang bisa diprediksi dan sedang mengalami sedikit masalah secara administratif.
Sementara itu, tempat kerja seperti rumah sakit mungkin tidak cocok untuk memberlakukan peraturan ini, juga tidak cocok bagi orang-orang yang sangat suka bekerja. Hal itu terjadi perusahaan AS bernama Treehouse yang mulanya menetapkan kebijakan empat hari kerja dalam seminggu pada 2016, namun meninggalkannya setelah setahun.
ADVERTISEMENT
Menurut Ryan Carson, pendiri Treehouse, kerja empat hari punya dampak negatif pada dirinya. "Program itu membuat etos kerja saya menurun. Itu adalah hal yang sangat buruk," ujarnya.
"Saya pikir kita bisa bekerja dengan cerdas, tapi saya rasa kita tetap harus bekerja keras. Kita harus melakukan keduanya."