Demi Lingkungan, Peneliti LIPI Ciptakan Plastik dari Air Kelapa

20 April 2019 9:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti LIPI Profesor Myrtha Karina Sancoyorini (tengah) saat Diskusi Publik Hari Kartini di Lembaga Ilmu Pengetahuan LIPI. Foto: Alfadillah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti LIPI Profesor Myrtha Karina Sancoyorini (tengah) saat Diskusi Publik Hari Kartini di Lembaga Ilmu Pengetahuan LIPI. Foto: Alfadillah/kumparan
ADVERTISEMENT
Bumi sedang bersedih. Banyak polusi mencemarinya. Antara lain polusi sampah plastik yang telah membunuh banyak spesies di lautan bumi ini.
ADVERTISEMENT
Banyak yang berusaha mengatasi masalah ini. Salah satunya seorang perempuan yang mengabdi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Perempuan itu bernama Myrtha Karina.
Myrtha Karina adalah peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI yang mempelajari lignoselulosa, senyawa yang banyak ditemukan di kayu, untuk dijadikan bahan yang ramah lingkungan. Salah satu hasil risetnya adalah membuat bioplastik dari hasil fermentasi air kelapa.
Dalam acara Diskusi Publik LIPI bertajuk “Kartini Indonesia dan Ilmu Pengetahuan” di Bogor, Kamis (18/4), Myrtha mengatakan bahwa risetnya ini bertujuan untuk mengubah bahan pangan alami menjadi plastik. Menurutnya, riset ini bisa membantu Indonesia mengurangi sampah plastik.
Seorang perempuan mencari sampah plastik di muara sungai Jangkuk, Ampenan, Mataram. Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
“Plastiknya dimodifikasi dengan nata de coco. Nah, ini akan cepat larut di dalam air. Kantong plastik konvensional itu larut selama 500 hingga 1.000 tahun. Sedangkan, bioplastik dari nata dapat larut di dalam air sekitar 6 bulan. Jadi bioplastik yang saya buat ini akan larut (dalam waktu) sekitar 6 bulan,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
“Dalam kondisi kering, nata yang merupakan fermentasi air kelapa bersifat sangat kaku sehingga sangat sesuai untuk plastik yang bersifat kaku. Untuk aplikasi yang memerlukan elastisitas tinggi dan transparan, nata (juga) dapat di rekayasa menggunakan modifier,” lanjut Myrtha.
Myrtha mengatakan proses pembuatan bioplastiknya ini cukup mudah. Untuk membuatnya, ia menggunakan air kelapa, air tahu, dan air tapioka. Air-air tersebut mengandung karbohidrat, glukosa, serta fruktosa.
Proses pembuatan bioplastik menggunakan nata de coco, hasil fermentasi air kelapa. Foto: Myrtha Karina Sancoyorini/LIPI
Dalam campuran air itu mereka menghidupkan bakteri untuk membuat air itu menjadi nata. Jenis bakteri yang digunakan ini adalah bakteri yang bisa hidup dalam air yang mengandung asam dan glukosa. Biasanya bakteri yang digunakan untuk membuat air-air limbah itu menjadi nata adalah Acetobacter xylinum.
Myrtha kemudian mengubah nata tersebut menjadi bioplastik untuk bahan dasar casing ponsel dan LED TV. Ia menjelaskan, bioplastik ini masih belum bisa digunakan sebagai kantong plastik. Menurut Myrtha, perlu penelitian lebih lanjut sebelum hal itu bisa dilakukan.
Bioplastik dari hasil fermentasi air kelapa. Foto: Myrtha Karina Sancoyorini/LIPI
Myrtha mengatakan ada tantangan besar setelah dia mengembangkan bioplastik nata de coco ini. Ia mengatakan kesulitan untuk membawa hasil risetnya ini ke masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
“Penelitian tentang nata de coco, terus terang (hasilnya) belum diserap industri atau dilirik pemerintah,” kata Myrtha.
Ia berharap ada pihak-pihak yang bisa membantu hasil penelitiannya itu keluar dari laboratorium ke pabrik industri.