Di Indonesia, AIDS Lebih Banyak Diidap Ibu Rumah Tangga Dibanding PSK

9 Agustus 2018 15:25 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi golongan obat antiretroviral. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi golongan obat antiretroviral. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, para ibu rumah tangga (IRT) adalah pengidap AIDS terbanyak di Indonesia. Data kumulatif ini mencatat bahwa sampai dengan Juni 2016 ada 11.655 orang IRT mengidap acquired immune deficiency syndrome (AIDS), sementara hanya ada 2.818 orang pekerja seks komersial (PSK) yang mengidap AIDS. Mengapa bisa demikian?
ADVERTISEMENT
Menurut penjelasan Adiyana Esti, dokter dari Institusi Angsamerah, organisasi swasta yang bergerak di bidang kesehatan, hal ini terjadi karena perilaku seksual pasangan danrasa takut para IRT atas kemungkinan stigmatisasi.
"Jadi misalnya suami sebelum menikah telah terkena HIV (human immunodeficiency virus) dan kemudian setelah menikah menularkannya pada istrinya. Lalu karena si istri tidak memiliki edukasi soal HIV atau takut mendapat stigmatisasi, ia tidak melakukan pengobatan HIV. Akhirnya si istri menjadi penderita AIDS," tutur Esti dalam acara diskusi media bertajuk ‘Tangkal Hoax-nya, Pahami Fakta HIV/AIDS’ di Jakarta, Kamis (9/8).
"Sementara kalau pekerja seks kan kebanyakan mereka memang lebih mengerti atas bahaya HIV/AIDS dan juga paham mengenai seks yang aman," tambah dia.
HIV AIDS (Ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
HIV AIDS (Ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
Patut dipahami bahwa HIV dan AIDS adalah hal yang berbeda. Dijelaskan oleh Esti bahwa HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia, tepatnya menyerang bagian sel darah putih bernama CD4. Esti menuturkan bahwa CD4 berfungsi layaknya "alarm" yang memberitahukan tubuh atas datangnya penyakit.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, AIDS adalah kondisi yang dialami penderita HIV setelah sistem pertahanan tubuhnya rusak akibat virus tersebut. Rentang waktu HIV berubah menjadi AIDS tergantung pada pengobatan dan kecepatan penanganan si penderita.
"HIV baru berubah jadi AIDS jika tidak ditangani dengan baik. Jadi akhirnya segala macam kuman bisa langsung membahayakan kesehatan tubuh," kata Esti.
ilustrasi obat antivirus HIV. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi obat antivirus HIV. (Foto: Thinkstock)
Esti juga menjelaskan bahwa kondisi AIDS bisa dicegah dengan penggunaan obat antiretroviral (ARV). Obat ARV adalah obat penghambat aktivitas virus HIV. Dia menjelaskan bahwa obat tersebut membantu penderita HIV untuk memiliki kesempatan membangun sistem kekebalan tubuhnya.
"ARV memiliki fungsi membuat virus tidak menjadi aktif dengan mencegahnya menempel ke sel CD4 dan juga menghambat perkembangbiakkan virus agar tidak menyebar," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain IRT dan PSK, dalam data Ditjen P2P tersebut dipaparkan juga bahwa ada 10.565 wiraswasta dan 10.488 karyawan swasta yang mengidap AIDS. Selain itu ditemukan bahwa infeksi HIV dominan terjadi pada pasangan heteroseksual dengan 4.672 laporan. Sementara pasangan sesama jenis tercatat dengan 3.604 laporan.