Digigit Sapi, Seorang Remaja Terkena Cacar Langka

21 Juni 2018 14:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sapi Perah (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Sapi Perah (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Dalam pertemuan European Society for Pediatric Dermatology di London para peneliti membuat suatu pengumuman mengejutkan terkait sebuah kasus medis yang dialami seorang remaja.
ADVERTISEMENT
Ia terserang virus cacar sapi yang menjadi inspirasi terciptanya vaksin smallpox, penyakit cacar mematikan. Menurut laporan BBC, penyakit ini tergolong langka untuk saat ini. Untungnya, sekarang remaja yang menolak untuk disebutkan namanya itu telah sembuh.
Anak tersebut terjangkit penyakit langka ini setelah ia digigit oleh sapi yang sedang ia beri makan. Ia kemudian mengalami luka cacar berisikan nanah dan juga rasa gatal di sekujur tubuhnya.
Cacar sapi di bagian tubuh manusia. (Foto: wikimedia commons.)
zoom-in-whitePerbesar
Cacar sapi di bagian tubuh manusia. (Foto: wikimedia commons.)
Sebenarnya cacar sapi sendiri tidaklah berbahaya. Bahkan cacar sapi ini memiliki peran penting dalam membantu terciptanya vaksin dari penyakit cacar berbahaya yang menjangkit manusia.
Di akhir abad ke-18, tepatnya pada 1796, Edward Jenner, dokter sekaligus peneliti dari Inggris, terinspirasi untuk memanfaatkan cacar sapi sebagai vaksin penyakit cacar mematikan atau smallpox setelah melihat banyak pemerah sapi yang tidak mudah terserang penyakit mematikan tersebut.
Anak penderita smallpox atau cacar. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Anak penderita smallpox atau cacar. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Kasus serupa terakhir kali terjadi pada 2011
Sekarang kasus cacar sapi sendiri sudah jarang ditemukan. Menurut laporan IFL Science, sebelum cacar sapi yang diderita remaja asal Wales ini, kasus terakhir yang diketahui terjadi pada 2011.
Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (US Centers for Disease Control and Prevention), dalam kasus tersebut seorang siswa di laboratorium di University of Illinois secara tak sengaja terkontaminasi virus itu.
Berkurangnya kasus cacar sapi sendiri dikarenakan terjadinya industrialisasi pertanian yang membuat sangat sedikit orang bersentuhan dengan sapi, dan kemudian membuat virus cacar sapi tidak bisa tersebar dengan mudah.
Dijelaskan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa (European Center for Disease Prevention and Control), cacar sapi biasanya akan sembuh dengan sendirinya pada orang dengan sistem imun yang sehat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, virus cacar sapi juga dianggap tidak membahayakan. Hal ini karena tidak ditemukannya bukti bahwa virus tersebut bisa menyebar dari manusia ke manusia.
Namun begitu, para peneliti yang memaparkan temuan ini tetap mengajak semua pihak untuk tetap waspada dan senantiasa menjaga kebersihan serta kesehatan diri.