news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Diskriminasi Bikin Jumlah ODHA di Kalangan LGBT di Indonesia Bertambah

3 Juli 2018 7:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warna pelangi, lambang LGBT. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Warna pelangi, lambang LGBT. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Sebuah laporan yang disusun oleh Human Rights Watch (HRW) menggarisbawahi persoalan diskriminasi terhadap kaum LGBT di Indonesia. Laporan itu memaparkan bagaimana perilaku anti LGBT di Indonesia ini berdampak pada meningkatnya jumlah penderita HIV atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di kalangan LGBT di negeri itu.
ADVERTISEMENT
Laporan setebal 70 halaman itu menyoroti adanya kepanikan moral yang terjadi di Indonesia yang kemudian mendorong penangkapan pada kaum LGBT, termasuk yang terjadi pada Mei 2017 lalu. Pada bulan itu tercatat ada penggerebekan di Atlantis gym dan sauna dan penangkapan terhadap 141 orang yang sebagian besar adalah laki-laki penyuka sesama jenis.
Diskriminasi yang dilakukan terhadap kaum LGBT, terutama pada laki-laki penyuka sesama jenis, menurut HRW, merupakan penyebab dari naiknya angka penderita HIV pada laki-laki penyuka sesama jenis.
HIV AIDS (Ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
HIV AIDS (Ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
Pada 2007, angka pria penyuka sesama jenis pengidap HIV di Indonesia adalah 5 persen dari keseluruhan pengidap HIV nasional. Angka tersebut meningkat menjadi 8,5 persen pada tahun 2011 dan 25 persen pada tahun 2016.
ADVERTISEMENT
Peningkatan ini berbanding terbalik pada angka keseluruhan pengidap HIV di Indonesia yang justru menurun pada tahun 2016. Menurut laporan UNAIDS, Indonesia berhasil menurunkan angka infeksi HIV baru sebesar 22 persen dari tahun 2010 hingga 2016.
Di tahun 2016, ada 48.000 kasus infeksi HIV baru. Yang menjadi populasi kunci penderita HIV di Indonesia pada tahun itu antara lain, 5,3 persen adalah PSK, 25,8 persen laki-laki penyuka sesama jenis, 28,76 persen pengguna narkoba suntik, 24,8 persen transgender, dan 2,6 persen narapidana.
Meningkatnya stigma dan diskriminasi, menurut laporan HRW, menjadi penyebab tingginya angka penderita HIV pada populasi kunci, bukan hanya pada kaum laki-laki penyuka sesama jenis. Hal ini telah membuat mereka takut dan malu untuk memeriksakan diri serta menyulitkan para penyuluh kesehatan untuk mengajak orang-orang yang berisiko HIV untuk memeriksakan diri.
ADVERTISEMENT