Donat Uap, Hipotesis Baru Terciptanya Bulan

2 Maret 2018 11:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bulan  (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bulan (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Selama ini kita menganut paham bahwa Bulan tercipta akibat tabrakan yang terjadi antara Bumi dengan suatu benda angkasa lainnya dan kemudian bagian dari benda angkasa itu terbentuk menjadi Bulan.
ADVERTISEMENT
Namun dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of Geophysical Research, ada sebuah dugaan baru bahwa satu-satunya satelit Bumi itu bisa jadi terbentuk dari cincin uap.
Hipotesis mengenai konsep baru terciptanya Bulan sebagaimana yang tertulis dalam studi yang dibuat oleh peneliti asal Harvard University, Simon Lock, dan peneliti ilmu planet dari UC Davis, Sarah Stewart itu, disebut sebagai synestia.
Synestia sendiri merujuk pada objek berbentuk seperti donat, yang awan-awan batu serta debu di sekeliling titik pusatnya berputar dengan cepat sehingga kemudian membentuk planet dengan struktur batuan seperti Bumi.
Sebuah studi lain yang dipublikasikan tahun lalu oleh dua peneliti yang sama, telah menjelaskan mengenai synestia ini.
Kutub Selatan Bulan. (Foto: NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Kutub Selatan Bulan. (Foto: NASA)
Synestia terjadi ketika dua objek sebesar planet di dalam cakram protoplanet saling bertabrakan. Hal ini menyebabkan terbentuknya sebuah awan debu panas berbentuk torus, bentuk mirip donat, beserta cairan yang berotasi disekeliling inti yang masih dalam bentuk cair.
ADVERTISEMENT
Studi dari dua peneliti tersebut menjelaskan, Bulan terbentuk di synestia Bumi.
"Studi terbaru dapat menjelaskan fitur pada Bulan yang sulit dipahami dengan konsep yang kita gunakan sekarang," ujar Stewart dilansir Science Alert.
"Bulan secara kandungan kimia hampir mirip dengan Bumi. Ini adalah konsep pertama yang bisa menjelaskan pola komposisi Bulan."
Bumi dan Bulan terbuat dari elemen yang mirip, yang konsisten ditemukan pada bongkahan besar, tapi ada beberapa perbedaan yang cukup membingungkan.
Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018. (Foto: Dok. Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018. (Foto: Dok. Kumparan)
Salah satunya adalah, dibandingkan dengan Bumi, Bulan sangat sedikit sekali memiliki elemen tidak stabil seperti tembaga, potasium, sodium dan seng.
"Belum ada penjelasan mengenai ini," papar Lock.
"Orang-orang telah mengajukan banyak hipotesis mengenai bagaimana Bulan memiliki elemen tidak stabil yang lebih sedikit, tetapi belum ada yang secara kuantitatif dapat menjelaskan komposisi Bulan."
ADVERTISEMENT
Dalam teori Lock dan Stewart, Theia yang merupakan objek langit yang di dalam teori lain diduga bertabrakan dengan Bumi lalu membuat Bulan terbentuk, tetap eksis.
Tetapi berbeda dengan teori lama, dalam teori terbaru ini Theia tidak membentuk cincin melainkan membentuk suatu synestia.
Hal tersebut akan membuat 10 persen bagian Bumi menjadi uap, sementara sisanya menjadi batu cair, kata para peneliti.
Ilustrasi pembentukan Bulan. (Foto: Sarah Stewart/UC Davis.)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembentukan Bulan. (Foto: Sarah Stewart/UC Davis.)
Dan di antara itulah akan muncul bibit Bulan, sebuah potongan kecil batu cair yang tak jauh dari inti synestia.
Begitu synestia mulai mendingin dan menggumpal ke bagian intinya, beberapa bagian batu cair akan jatuh ke bibit Bulan.
"Lama kelamaan, semuanya mulai menyusut, dan Bulan muncul dari uap," kata Lock.
"Kemudian, seluruh synestia akan mulai mengental dan menjadi suatu bola berputar dengan batuan cair, yang kemudian membentuk Bumi kita."
ADVERTISEMENT
Konsep ini akan memecahkan misteri elemen tak stabil di Bulan, dan sesuai secara kemiripan isotop karena Bumi dan Bulan terbentuk pada synestia yang sama.
Karena Bulan terbentuk di sekitar atmosfer bertekanan tinggi uap dengan temperatur antara 2.200dan 3.300 derajat celcius, hal ini akan membuat elemen tak stabil itu menguap.
Meski cukup meyakinkan, synestia sendiri masih belum pernah ditemukan, dan masih harus dibuktikan apakah memang eksis. Hal ini dapat dilakukan dengan menguji material Bulan.
"Ini adalah model dasar. Kami telah melakukan perhitungan atas tiap proses yang terjadi saat pembentukan Bulan dan menunjukkan bahwa model ini mungkin terjadi, tapi masih ada aspek lain dalam teori kami yang memerlukan pendalaman lebih lanjut," jelas Lock.
ADVERTISEMENT
"Sebagai contoh, ketika Bulan dalam uap, apa yang terjadi pada uap itu? Apakah itu mengganggunya? Bagaimana uap melewati Bulan? Itulah beberapa hal yang harus didalami dan dipelajari secara mendetail."