Eropa dalam Ancaman Penyakit Menular akibat Gigitan Serangga

16 April 2019 12:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nyamuk Aedes Aegypti Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Nyamuk Aedes Aegypti Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Eropa sedang berada dalam ancaman penyakit menular melalui gigitan serangga. Penyakit-penyakit, seperti demam berdarah, leishmaniasis, dan radang otak ensefalitis, mulai menyebar ke banyak daerah di Benua Biru.
ADVERTISEMENT
Peringatan itu disampaikan oleh para peneliti dalam sebuah riset yang dipresentasikan di acara European Congress of Clinical Microbiology and Infectious Diseases di Amsterdam, Belanda. Menurut para peneliti, wabah penyakit-penyakit tersebut semakini meningkat karena perubahan iklim serta berkembangnya perdagangan dan perjalanan internasional.
Para peneliti mengatakan bahwa penyakit tersebut berisiko menyebar ke daerah dengan lintang dan ketinggian tinggi, seperti beberapa daerah di sebelah utara Eropa. Mereka menjelaskan bahwa risiko penyebaran bisa ditekan dengan cara meningkatkan pengawasan dan pembagian data.
"Perubahan iklim bukan satu-satunya, atau bahkan bukan faktor utama yang mendorong peningkatan penyakit menular di Eropa," ujar pemimpin riset ini, Professor Jan Semenza dari European Centre for Disease Prevention and Control di Stockholm, Swedia.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah salah satu dari sekian banyak faktor, seperti globalisasi, perkembangan sosioekonomi, urbanisasi, dan perubahan lahan yang juga perlu dipahami untuk membatas penyebaran penyakit," tambahnya, kepada The Guardian.
Riset itu mendapat dukungan dari Giovanni Rezza, ahli dari Istituto Superiore di Sanità di Roma, Italia. Rezza yang tak terlibat dalam riset mengatakan bahwa riset ini menggarisbawahi pentingnya mempelajari risiko penyakit menular melalui vektor.
Nyamuk yang bisa menyebarkan penyakit menular. Foto: Reuters
Perubahan iklim
Perubahan iklim juga menjadi salah satu faktor yang membuat semakin menyebarnya penyakit menular melalui serangga di dunia. Perubahan iklim ini telah membuat nyamuk, kutu, dan serangga lain yang bisa menularkan penyakit untuk berkembang biak, beradaptasi dengan musim berbeda, dan menginvasi wilayah baru.
"Eropa bagian Mediterania sekarang pada sebagian waktu telah menjadi area tropis, di mana vektor yang kompetern, seperti nyamuk harimau, telah hidup," kata Rezza.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan bahwa di masa depan, cuaca yang lebih panas dan basah bisa memberi kondisi ideal bagi nyamuk macan Asia untuk berkembang biak. Ini bisa membuat mereka lebih mudah menyebarkan virus penyebab DBD atau chikungunya.
Petugas Dinas Kesehatan menunjukkan nyamuk saat melakukan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk. Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Dulunya, penyebaran demam berdarah hanya terbatas di daerah-daerah tropis dan subtropis. Hal ini karena temperatur sangat rendah bisa membunuh larva dan telur nyamuk.
Para peneliti mengkhawatirkan musim panas yang lebih lama bisa membuat nyamuk-nyamuk itu bertahan hidup. Akibatnya, nyamuk bisa menyebar ke seluruh Eropa dalam kurun waktu satu dekade.
"Melihat penyebaran nyamuk invasif dan vektor lain yang sedang terjadi di seluruh Eropa, kita harus mengantisipasi wabah dan mulai melakukan pencegahan lebih cepat," kata Semenza.
"Agensi kesehatan publik harus meningkatkan pengawasan, misalnya, dengan memperkenalkan sistem peringatan dini dan peningkatan kesadaran atas potensi risiko di antara petugas medis serta masyarakat umum," imbuhnya.
ADVERTISEMENT