Fasilitas Peringatan Dini Gempa dan Tsunami Dibangun di DIY dan Jateng

3 September 2019 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tsunami. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tsunami. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) resmi membangun infrastruktur peringatan dini gempa bumi dan tsunami di sekitar Pantai Parangtritis, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Pantai Keburuhan, Purworejo, Jawa Tengah. Pembangunan fasilitas ini merupakan hasil kerjasama BMKG dengan Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang dan Universitas Gadjah Mada.
ADVERTISEMENT
Penyediaan infrastruktur radar tsunami pada wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah dinilai cukup penting. Pasalnya, kedua wilayah tersebut merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.
Radar tsunami tersebut nantinya akan memonitor arus laut, seperti kecepatan, arah, ketinggian, dan periode gelombang. Kemampuan untuk memonitor laut dimungkinkan karena radar ini menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi, atau gelombang pendek, yang disebut HF radar.
"Sistem HF radar ini (frekuensi 16 MHz) mampu memonitor wilayah laut dengan luasan 800 kilometer persegi dengan radius jangkauan 80 kilometer," jelas Dwikorita, dikutip dari halaman resmi web BMKG.
Para pejabat dari BMKG, Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang, dan UGM saat meresmikan pembangunan infrastruktur peringatan dini gempa bumi dan tsunami . Foto: BMKG
Selain berfungsi sebagai peringatan dini sebelum tsunami, radar ini juga memiliki fungsi yang beragam. Seperti yang dibeberkan oleh Kepala Bidang Geofisika, Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Supriyanto, radar ini mampu memonitor pergerakan sampah di lautan, memberikan informasi prediksi sebaran polusi atau tumpahan minyak, dan bahkan dapat membantu tim penyelamat dalam melakukan evakuasi korban jika terjadi kecelakaan laut.
ADVERTISEMENT
"HF radar ini juga dapat berfungsi sebagai Oceanographic Radar yang memiliki multi-fungsi tidak hanya sebagai monitoring gelombang tsunami, tetapi juga untuk kemaritiman seperti monitoring arus permukaan, gelombang, dan pola pasang surut air laut," imbuh Supriyanto.
Ilustrasi tsunami. Foto: Getty Images