Foto Satelit Petobo di Palu Sebelum dan Sesudah Likuifaksi

5 Oktober 2018 20:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melintasi jalanan yang rusak akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Warga melintasi jalanan yang rusak akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
ADVERTISEMENT
Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, merupakan salah satu daerah paling parah terdampak gempa bumi. Daerah ini bahkan mengalami fenomena likuifaksi, yang membuat sekitar 744 rumah dan banyak infrastruktur lain tenggelam ditelan lumpur.
ADVERTISEMENT
Kerusakan parah yang dialami Petobo ini tertangkap oleh Satelit Pleiades milik Prancis. Data gambar yang dikoleksi kemudian diolah oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bersama lembaga lain, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Asian Institute of Technology (AIT).
Satelit Pleiades menunjukkan secara jelas dampak likuifaksi di Petobo melalui dua gambar. Tampak gambar pertama, yang diambil pada 6 Juli 2018, memperlihatkan kondisi daerah Petobo sebelum gempa dan likuifaksi terjadi.
Foto satelit wilayah Petobo sebelum terjadi fenomena likuifaksi. (Foto: Dok. LAPAN)
zoom-in-whitePerbesar
Foto satelit wilayah Petobo sebelum terjadi fenomena likuifaksi. (Foto: Dok. LAPAN)
Kemudian di gambar kedua, Satelit Pleiades menunjukkan dampak likuifaksi yang membuat tanah berubah menjadi lumpur dan kehilangan kekuatannya. Kondisi itu menyebabkan bangunan serta infrastuktur di atasnya amblas seakan ditelan Bumi.
Gambar kedua diambil pada tanggal 2 Oktober 2018, empat hari setelah gempa bumi 7,4 Magnitudo mengguncang Donggala, Palu, dan daerah sekitarnya.
Foto satelit wilayah Petobo sesudah terjadi fenomena likuifaksi. (Foto: Dok. LAPAN)
zoom-in-whitePerbesar
Foto satelit wilayah Petobo sesudah terjadi fenomena likuifaksi. (Foto: Dok. LAPAN)
Menurut penjelasan peneliti bidang Geoteknik LIPI Adrin Tohari, likuifaksi atau pencairan tanah adalah perubahan massa tanah yang kondisinya lepas kemudian bercampur air akibat guncangan gempa sehingga kekuatan tanahnya hilang.
ADVERTISEMENT
“Ketika kekuatannya (tanah) hilang, dia berubah seolah-olah cairan makanya yang tampak di video itu tanah seolah berubah jadi lumpur yang bergerak,” ujar Adrin saat dihubungi kumparanSAINS, Selasa (2/10).
Adrin mengatakan, likuifaksi terjadi pada tanah yang memiliki kondisi tidak padat atau merupakan tanah gembur. Akibat guncangan gempa, ujarnya, air yang berada di dalam tanah pun naik dan bercampur dengan tanah sehingga kemudian berubah menjadi seperti lumpur.
Sebenarnya bisa dilakukan rekayasa untuk mengubah tanah gembur yang berpotensi mengalami likuifaksi dengan menginjeksinya dengan semen.
“Hal ini membuat partikel pasir akan saling mengikat dan berubah menjadi padat. Tapi ini biayanya mahal, karena bisa saja lapisan tanah yang mengalami likuifaksi ketebalannya puluhan meter,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT