Gagal Paham soal Vaksin Flu Jadi Penyebab Kematian Ratusan Anak

17 Oktober 2018 7:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi batuk pilek pada anak (Foto:  Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi batuk pilek pada anak (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat mencatat tahun 2017 sebagai tahun paling mematikan bagi penderita penyakit flu. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) mencatat sekitar 80 ribu orang tewas akibat flu serta komplikasinya pada musim dingin lalu.
ADVERTISEMENT
Ditemukan juga bahwa angka kematian terhitung tinggi pada anak-anak. CDC melaporkan sekitar 183 anak meninggal akibat serangan virus tersebut.
Ternyata berdasarkan hasil sebuah riset, kejadian kematian anak-anak itu bisa dicegah jika orang tua mereka memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai flu.
Science Alert melansir bahwa 80 persen dari 183 anak yang meninggal ternyata tidak mendapat vaksin flu.
Menurut hasil sebuah survei yang dilakukan oleh Orlando Health Arnold Palmer Hospital for Children, kebanyakan orang tua di AS menghindari memberikan vaksin flu kepada anaknya karena mereka menganggap anaknya bisa terkena flu saat diberikan vaksin itu.
Dalam survei ini ditemukan bahwa 53 persen dari 704 orang tua yang mengikuti survei mengatakan bahwa mereka menganggap vaksin flu bisa menginfeksi orang dengan penyakit flu itu sendiri.
Flu di Hongkong (Foto: REUTERS/Bobby Yip)
zoom-in-whitePerbesar
Flu di Hongkong (Foto: REUTERS/Bobby Yip)
Hal ini merupakan kesalahpahaman mengenai ilmu kesehatan yang berusaha dilawan sebelum datangnya musim flu di tahun 2018 ini.
ADVERTISEMENT
"Bagian virus yang digunakan dalam vaksin sudah mati sepenuhnya, jadi Anda tidak akan bisa kena flu akibat vaksin flu," kata Jean Moorjani, dokter anak yang membantu survei ini, dikutip Science Alert.
Sekitar satu per tiga dari para orang tua yang mengikuti survei mengatakan bahwa vaksin flu tidak melindungi seseorang dari flu. Padahal Moorjani menjelaskan bahwa vaksin flu merupakan cara terbaik seseorang melindungi dirinya dari virus flu.
Selain itu Moorjani menambahkan, vaksin tidaklah sempurna terlebih jika vaksin diberikan dekat dengan musim flu. "Setelah mendapat suntikan vaksin, tubuh memerlukan waktu sekitar dua minggu untuk menciptakan antibodi melawan flu," katanya.
"Jadi jika Anda mengalami kontak dengan virus pada waktu tersebut, Anda mungkin masih bisa sakit, oleh karenanya Anda harus melakukan vaksinasi secepat mungkin," tambah dia.
Wabah flu mendera Amerika Serikat (Foto: REUTERS/Mike Blake)
zoom-in-whitePerbesar
Wabah flu mendera Amerika Serikat (Foto: REUTERS/Mike Blake)
Selain itu, survei ini juga menemukan bahwa 30 persen orang tua menganggap vaksin flu sebagai konspirasi, sementara ada 28 persen yang mengatakan bahwa vaksin bisa menyebabkan autisme.
ADVERTISEMENT
Faktanya, anggapan para orang tersebut salah. "Setelah melakukan riset bertahun-tahun, kita mengetahui bahwa vaksin flu aman," kata Moorjani.
"Vaksin flu tidak menyebabkan autisme atau penyakit lain. Para dokter merekomendasikan vaksin flu karena itulah cara terbaik untuk melindungi Anda dan keluarga Anda dari flu," jelasnya.
Pemahaman yang salah ini juga dianggap sebagai penyebab kenapa jumlah orang Amerika yang melakukan vaksinasi flu makin berkurang tiap tahunnya. Padahal penyakit ini bisa membunuh hingga 80 ribu orang tiap musimnya. Sebagai perbandingan, kecelakaan kendaraan bermotor di AS membunuh sekitar 40 ribu orang tiap tahun.
Flu dan Batuk (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Flu dan Batuk (Foto: Thinkstock)
Moorjani sendiri menyarankan para orang tua untuk menghubungi dokter agar mendapat informasi yang kredibel dan berdasarkan sains.
Ia menjelaskan bahwa sebaiknya vaksinasi flu dilakukan sebelum tanggal 31 Oktober. Jangan sampai terlambat. Karena biasanya puncak musim flu terjadi di bulan November dan Desember.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, sayangnya seorang anak di Florida telah menjadi korban keterlambatan pemberian vaksin flu di tahun 2018 ini. Anak itu meninggal dunia akibat flu dan dilaporkan belum pernah mendapatkan vaksinasi.