Gangguan Napas Saat Tidur Tingkatkan Risiko Buta pada Pasien Diabetes

16 Oktober 2019 16:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tidur yang terganggu. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tidur yang terganggu. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sleep apnea atau gangguan pernapasan saat tidur dialami lebih dari 18 juta orang dewasa di Amerika Serikat. Laporan Medical Daily menyebutkan bahwa gangguan tidur tersebut telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan, seperti hipertensi hingga penyakit jantung.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah penelitian yang dipresentasikan di acara tahunan American Academy of Ophthalmology pada 12 sampai 15 Oktober 2019 lalu, peneliti telah mencari tahu apakah kebutaan juga termasuk dampak yang bisa ditimbulkan oleh sleep apnea. Hal ini karena peneliti menemukan sleep apnea yang parah ternyata juga mampu meningkatkan risiko edema makula diabetik, yang akan menyerang penglihatan penyebab kebutaan.
Ilustrasi pemeriksaan mata. Foto: Shutterstock
Riset tersebut diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang digagas oleh para ilmuwan asal Taiwan. Mereka menemukan bahwa gangguan tidur ini menimbulkan masalah mata yang lebih sukar disembuhkan pada pasien diabetes.
Menurut periset, efek buruk sleep apnea khususnya bagi para penderita diabetes cukup pelik. Ini karena gangguan tidur serius itu telah bisa berkontribusi pada kerusakan pembuluh darah kecil di bagian belakang mata. Kerusakan ini dikenal sebagai retinopati diabetik yang menyebabkan kebutaan.
ADVERTISEMENT
Pada penderita diabetes yang juga mengalami gangguan pernapasan saat tidur patut waspada. Kombinasi kedua penyakit itu dapat memperburuk retinopati diabetik dengan meningkatkan resistensi insulin, peradangan, dan tekanan darah. Semua indikasi ini dapat merusak pembuluh darah di mata.
Seluruh pasien yang didiagnosis dengan retinopati diabetik di rumah sakit Memorial Chang di Taiwan menarik perhatian peneliti untuk mengamati perubahan kondisi kesehatan dan kualitas tidur mereka selama delapan tahun. Hasil analisis menunjukkan, para pasien yang menderita sleep apnea parah mengalami edema makula diabetes yang lebih buruk. Para pasien yang tergolong dalam kelompok ini pun membutuhkan lebih banyak jenis perawatan seperti terapi laser untuk mengontrol perkembangan masalah mata mereka.
Dengan temuan ini, peneliti menaruh harapan besar agar setiap layanan kesehatan membuat perencanaan pengobatan yang bisa menyembuhkan sleep apnea pada penderita diabetes untuk mencegah kebutaan.
ADVERTISEMENT
“Berdasarkan hasil penelitian ini, kami berharap lebih banyak profesional medis yang semakin sadar bahwa sleep apnea merupakan faktor risiko edema makula diabetik,” ujar Juifan Chiang yang memimpin riset ini, sebagaimana diberitakan Medical Daily.
Sleep apnea memang bukan gangguan tidur yang bisa dianggap sepele. Orang yang mengalaminya memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal ini karena pernapasan yang sering berhenti sehingga organ tubuh, terutama otak, tak mendapat oksigen yang cukup. Saat terbangun. penderita sleep apnea kerap merasa lelah keesokan harinya.
Selain itu, kekurangan oksigen dalam tubuh juga dapat menyebabkan perubahan pada pembuluh darah. Sebagai imbasnya, risiko seseorang terkena hipertensi pun akan meningkat. Belum lagi risiko serangan jantung, stroke, dan diabetes tipe 2 yang sewaktu-waktu bisa menimpa mereka yang mengalami sleep apnea.
ADVERTISEMENT