Gelombang Panas Ungkap Keberadaan Situs Arkeologi yang Tersembunyi

16 Agustus 2018 11:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cropmarks atau tanda yang memperlihatkan bekas situs arkeologi di Inggris. (Foto: Roman Farm, Bicton, Devon via Historic England)
zoom-in-whitePerbesar
Cropmarks atau tanda yang memperlihatkan bekas situs arkeologi di Inggris. (Foto: Roman Farm, Bicton, Devon via Historic England)
ADVERTISEMENT
Setelah membuat burung-burung flamingo langka bertelur untuk pertama kalinya dalam 15 tahun, gelombang panas kembali membawa "berkah". Kali ini kekeringan yang terjadi karena gelombang panas membantu mengungkap berbagai situs arkeologi yang sempat tersembunyi di Inggris.
ADVERTISEMENT
The Independent melaporkan bahwa situs-situs yang ditemukan adalah monumen upacara zaman neolitik dan juga lahan pertanian zaman Romawi. Selain itu ada juga beberapa temuan tempat tinggal manusia serta pemakaman dari Zaman Besi yang ditemukan setelah kekeringan melanda.
Temuan-temuan ini dipelajari oleh para arkeolog dari Historic England, lembaga eksekutif non-departemen pemerintah Inggris yang disponsori oleh Departemen Kebudayaan, Media, dan Olahraga negara tersebut.
Mereka mempelajari cropmarks atau tanda yang terlihat timbul di atas tanah dari udara. Tanda tersebut menunjukkan adanya sisa-sisa bangunan bersejarah yang pernah ada di sana.
Dijelaskan bahwa perbedaan warna atau tinggi pada tanaman atau rumput bisa menunjukkan secara detail tata letak dari peninggalan bangunan bersejarah.
"Gelombang panas ini telah memberikan kami kesempatan untuk melakukan penyelidikan arkeologi dari udara terhadap cropmarks. Karena cropmarks bisa terlihat dengan lebih baik ketika tanah memiliki kelembapan yang rendah," ujar Duncan Wilson, pemimpin Historic England.
ADVERTISEMENT
Di antara temuan terbaru adalah dua monumen zaman neolitik yang disebut "cursus". Salah satu monumen tersebut selama ini tersembunyi di pinggiran sungai dekat desa Clifton Reynes.
Monumen ini memiliki bagian berbentuk persegi panjang yang diduga digunakan sebagai jalur dilakukannya sebuah prosesi. Berdasarkan tipenya, monumen ini diduga berasal dari sekitar tahun 3600 hingga 3000 Sebelum Masehi (SM).
Temuan lainnya adalah pemukiman Zaman Besi di St Ive dan juga pemukiman zaman prasejarah yang dilengkapi dengan parit konsentris di Lansallos, Cornwall.
Selain itu, para ahli juga berhasil menemukan kuburan Zaman Besi di Pocklington, Yorkshire, dan juga sebuah kuburan dari Zaman Perunggu. Ada juga temuan bekas lahan pertanian peninggalan zaman Romawi yang ditemukan di Bicton, Devon, dan ditemukan juga adanya lahan pertanian dari zaman prasejarah di Stogumber, Somerset.
ADVERTISEMENT
Para arkeolog dari Historic England menggunakan foto udara dari cropmarks untuk membuat peta arkeologi yang digunakan untuk menilai temuan-temuan tersebut. Peta tersebut nantinya akan digunakan untuk kepentingan perlindungan peninggalan bersejarah itu.
Tidak dijelaskan berapa banyak total temuan situs arkeologis akibat gelombang panas ini. Namun menurut Helen Winton, manajer investigasi dan pemetaan Historic England, terakhir kali mereka bisa memetakan banyak situs arkeologis baru adalah pada 2011.
Cropmarks menunjukkan temuan situs arkeologi di Inggris. (Foto: Historic England)
zoom-in-whitePerbesar
Cropmarks menunjukkan temuan situs arkeologi di Inggris. (Foto: Historic England)
Sementara itu, Damian Grady, manajer penyelidikan udara Historic England, mengatakan bahwa musim panas kali ini merupakan yang tersibuk bagi dirinya.
"Ini adalah musim panas tersibuk saya dalam 20 tahun terakhir dan salah satu yang paling bermakna karena kami bisa mendapatkan temuan di daerah-daerah yang biasanya tidak menunjukkan cropmarks," kata Grady.
ADVERTISEMENT