Gigi Lumba-lumba Dicabut Demi Hibur Turis di Bali

25 Mei 2018 3:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lumba-lumba (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lumba-lumba (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Pelanggaran hak kesejahteraan hewan diduga dilakukan di Bali untuk kepentingan pariwisata. Bukan hanya di Pulau Dewata, menurut World Animal Protection (WAP), organisasi nirlaba untuk perlindungan hewan, penyiksaan hewan untuk kepentingan pariwisata juga diduga dilakukan di Lombok dan Gili Trawangan.
ADVERTISEMENT
Hewan-hewan seperti gajah, lumba-lumba, dan orang utan dikurung demi menghibur para turis yang datang ke pulau-pulau tersebut.
Sebelumnya WAP telah melakukan investigasi ke 26 tempat wisata di ketiga pulau tersebut untuk mengetahui bagaimana hewan-hewan yang dilindungi dijadikan objek hiburan untuk para turis. Menurut WAP, seluruh tempat wisata yang mereka investigasi itu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar dari hewan-hewan yang mereka pelihara yang berujung pada pelanggaran hak kesejahteraan hewan. Bahkan, beberapa hewan mengalami penyiksaan.
Beberapa hewan ditemukan dalam keadaan terkurung dan dirantai sehingga ruang gerak mereka menjadi terbatas dan tidak bisa berinteraksi dengan hewan lainnya. Selain itu, mereka pun dilibatkan dalam berbagai pertunjukan yang berbahaya dan dipaksa untuk melakukan interaksi dengan manusia.
Sirkus Lumba-lumba. (Foto: Pixabay/Hans)
zoom-in-whitePerbesar
Sirkus Lumba-lumba. (Foto: Pixabay/Hans)
Ditambah lagi, mereka tidak mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai karena tidak ada dokter hewan dan makanan yang mereka makan pun tidak bergizi.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh penderitaan hewan yang diobservasi oleh WAP ditemukan pada lumba-lumba. Hewan mamalia itu dipaksa tinggal di kolam yang terlalu sempit. Bahkan, gigi lumba-lumba tersebut dicabut agar mereka tidak menggigit turis yang berenang bersama mereka.
Contoh lainnya, ada gajah yang dilatih tanpa henti untuk atraksi hingga mengalami luka-luka. Ada pula orang utan yang dipaksa untuk berfoto bersama turis.
Orang utan dipaksa foto bersama manusia di Bali. (Foto: World Animal Protection)
zoom-in-whitePerbesar
Orang utan dipaksa foto bersama manusia di Bali. (Foto: World Animal Protection)
"Ini adalah sebuah tragedi bahwa Bali, tujuan wisata yang begitu indah bagi wisatawan, memaksa hewan-hewan liar hidup dalam kondisi yang menyedihkan dan mengerikan," ujar Steve McIvor, CEO WAP dalam sebuah pernyataan.
“Ekonomi Bali bergantung pada jutaan turis yang datang setiap tahunnya. Sayangnya, sampai Bali bisa menjamin kesejahteraan hewannya, kami meminta para wisatawan untuk tidak mengunjungi Bali,” tambah McIvor.
ADVERTISEMENT
Pelanggaran kesejahteraan hewan untuk pariwisata bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di negara lain. Di Thailand misalnya, penyiksaan terhadap gajah diduga dilakukan demi kepentingan pariwisata di sana.
Semua pelanggaran pada sejumlah hewan demi pariwisata ini disebabkan karena adanya pihak-pihak yang ingin menjinakkan, jika bukan disebut menaklukkan, hewan-hewan liar untuk menjadi objek hiburan.
“Jika Anda bisa naik, memeluk atau berfoto selfie dengan hewan liar, maka itu kejam. Jangan lakukan, tidak peduli berapa banyak ‘like ’ yang akan Anda dapatkan di media sosial,” imbau McIvor.