Gigitan Ular Sebabkan Otot 2 Pria di Jepang 'Meledak'

10 April 2018 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ular mamushi (Foto: Alpsdake/Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ular mamushi (Foto: Alpsdake/Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Gigitan ular berbisa adalah salah satu senjata paling mematikan yang ada di alam. Bahkan gigitan dari seekor ular berbisa di Jepang bisa membuat otot dari dua orang pria meledak dari dalam.
ADVERTISEMENT
Dalam suatu laporan yang dipublikasikan di jurnal BMJ Case Reports dijelaskan, dua kasus meledaknya otot dari dalam ini terjadi dalam dua waktu berbeda. Yang pertama terjadi pada 2008, sementara yang kedua terjadi pada 2016 lalu.
Kendati berbeda waktu, keduanya mengalami simtom yang sama, yaitu pembengkakan parah dan juga didiagnosis mengalami sindrom kompartemen akut, gangguan tulang yang terjadi saat tekanan otot meningkat dan mencapai batas berbahaya.
Dilansir Live Science, para dokter yang memberikan pengobatan kepada dua orang tersebut mengambil kesimpulan bahwa dalam dua kasus tersebut, pembengkakan luar biasa terjadi akibat reaksi terhadap bisa dari ular bernama mamushi atau Gloydius blomhoffii yang banyak ditemukan di Asia.
Dua Kasus Gigitan
Dalam salah satu kasus gigitan ular yang dideskripsikan dalam laporan di jurnal, seorang pria berusia 38 tahun masuk ke rumah sakit pada 2016 dengan pembengkakan parah dari bagian lengan bawah ke bahunya. Lalu pada kasus lainnya, ada pria berusia 42 tahun yang mengalami pembengkakan di bagian kaki kanannya.
ADVERTISEMENT
Dalam dua kasus tersebut, akibat parahnya tekanan dari bengkak yang ditimbulkan oleh gigitan luar, para dokter kemudian terpaksa membuat luka irisan di bagian tubuh yang bengkak tersebut untuk menghindari kerusakan permanen pada otot serta jaringan di bagian tubuh tersebut. Luka irisan dibuat untuk mengurangi tekanan pada daerah yang membengkak tersebut.
Sebenarnya, kemunculan pembengkakan parah ini sempat membingungkan para dokter. Sebab, dua orang tersebut belum pernah mengalami trauma yang bisa mengakibatkan sindrom kompartemen akut.
Namun setelah mempelajari kemunculan bengkak yang sangat cepat, para dokter kemudian bisa mengambil kesimpulan bahwa bisa ular mamushi adalah penyebab bengkak tersebut.
Hasil scan sindrom kompartemen akut (Foto: Takeda S, et al./BMJ Case Reports/CC BY 4.0)
zoom-in-whitePerbesar
Hasil scan sindrom kompartemen akut (Foto: Takeda S, et al./BMJ Case Reports/CC BY 4.0)
Ular Mamushi
Ular mamushi ini cukup sering ditemukan di Jepang, Korea, serta beberapa bagian China dan Rusia. Ular yang bernama ilmiah Gloydius blomhoffii ini senang bersembunyi dibalik rerumputan dan dedaunan, yang menyebabkan mereka sulit dilihat. Selain itu, ukuran mereka juga tak terlalu besar, hanya sepanjang 60 sentimeter.
ADVERTISEMENT
Taring mereka juga cukup kecil dengan ukuran sepanjang lima milimeter. Hal ini menjadikan gigitan mereka tak begitu sakit dan bekasnya tak begitu kelihatan.
Namun demikian, bisa dari mamushi sebenarnya sangat kuat. Bahkan, pernah dilaporkan, bisa ini menjadi salah satu senjata yang digunakan pada masa samurai Jepang berkuasa.
Bisa ular mamushi dapat menyebabkan terjadinya sindrom kompartemen akut. Sebab, bisa ular ini biasanya membuat terjadinya reaksi peradangan di daerah tempat bisa tersebut masuk.
Zat kimia dalam bisa ular mamushi juga dapat menghalangi terjadinya pembekuan darah yang menurut Sanjit Konda, asisten profesor bedah ortopedi di NYU Langone Health, New York City, AS, dapat membuat orang terus menerus mengeluarkan darah.
Dalam laporan kedua kasus di atas, para peneliti menjelaskan bahwa diagnosis mengenai gigitan ular ini tidak dapat dilakukan karena tidak ditemukannya bekas gigitan dan sejarah klinis dari gigitan pada kedua pasien tersebut. Meski demikian, tim peneliti tetap mengambil kesimpulan bahwa gigitan mamushi adalah alasan terjadinya pembengkakan tersebut.
Ular mamushi (Foto: Alpsdake/Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ular mamushi (Foto: Alpsdake/Wikimedia Commons)
Sindrom Kompartemen Akut
ADVERTISEMENT
Dikenal juga dengan nama acute compartment syndrome (ACS), kondisi ini berdampak pada kelompok otot, pembuluh darah, dan saraf di tangan serta kaki yang disebut sebagai kompartemen. Bagian-bagian tersebut saling terhubung dengan lapisan membran bernama fasia.
ACS yang terjadi pada otot kompartemen seperti kaki atau tangan menyebabkan aliran darah ke dan dari daerah yang terdampak berhenti akibat adanya tekanan.
"Tekanan menjadi sangat besar di bagian kompartemen yang membuat otot dan jaringan lainnya tidak mendapat nutrisi, dan mulai mati," jelas Konda.
Biasanya kerusakan otot akibat ACS dapat terjadi dalam 4 hingga 12 jam, dan untuk bisa mengembalikan sirkulasi serta mencegah kematian jaringan, para ahli bedah menggunakan teknik bernama fasiotomi. Fasiotomi adalah prosedur pengirisan fasia.
ADVERTISEMENT
Biasanya, ACS disebabkan oleh kecelakaan motor, mobil atau trauma akibat kendaraan berat. Namun begitu, Konda menjelaskan bawah ACS juga dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke tangan atau kaku, seperti bisa ular.
Dua Pasien Sembuh
Meski terdengar menyeramkan, untungnya dua pria asal Jepang itu bisa sembuh. Pria dengan tangan yang bengkak diizinkan untuk pulang dari rumah sakit setelah 32 hari perawatan. Setelah perawatan, tangan pria tersebut dapat berfungsi seperti semula.
Sementara pria dengan kaki yang bengkak juga dapat meninggalkan perawatan rumah sakit ia mengalami kelumpuhan pada kakinya. Menurut laporan dalam jurnal, setelah dua tahun ia kembali dapat menggunakan kakinya untuk berjalan.