Gua di Kawasan Gunungsewu Alami Luapan Air Terbesar

8 Desember 2017 17:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Banjir akibat siklon (Foto: Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Banjir akibat siklon (Foto: Antara)
ADVERTISEMENT
Siklon Cempaka yang menerjang kawasan Yogyakarta beberapa waktu lalu sempat menimbulkan kecemasan masyarakat. Itu dikarenakan siklon tropis ini menimbulkan banjir besar, termasuk di berbagai gua yang tersebar di kawasan Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Gua-gua yang terdapat di Geopark Gunungsewu dan Gunung Kidul mengalami luapan air akibat dahsyatnya siklon Cempaka yang menerjang pulau Jawa dan menyebabkan beberapa wilayah di Yogyakarta terkena dampaknya.
Kejadian ini menjadi sesuatu yang luar biasa, karena untuk pertama kalinya, gua-gua yang terdapat di Gunungsewu terendam oleh luapan air.
Hari Sukmono, selaku sekretaris Gunungsewu membenarkan hal tersebut kepada kumparan (kumparan.com).
"ini yang terbesar. Dalam sejarah modern belum pernah ada yang seperti ini," kata Hari, Jumat (8/12).
Gua Kali Suci yang merupakan salah satu gua di kawasan Geopark ini terendam luapan air hingga kurang lebih 30 meter, begitu pula Gua Ngingrong yang terendam sekitar 60 meter.
"Langit-langit gua jelas tertutup. (Gua) Jomblang mungkin sampai 80an meter," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Menurut info yang diberikan oleh Hari, luapan air masuk sejak tanggal 27 November malam dan mulai surut pada tanggal 29 November.
Dikarenakan terjadinya luapan, Gunungsewu pun tertutup untuk wisatawan dan baru dibuka kembali pada Sabtu kemarin (2/12). Sementara untuk Kali Suci, sampai saat ini masih dilakukan pembersihan.
Banjir ancam ekosistem Gunugnsewu
Luapan ini menyebabkan kacaunya ekosistem sekitar Gunungsewu, seperti membusuknya tanaman karena terkena air serta mengganggu habitat biota yang ada di sana. Kekhawatiran ini diungkap oleh Cahyo Rahmadi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI.
Diketahui, Gunungsewu merupakan rumah dari berbagai jenis biota terestrial (makhluk yang hidup di darat) dan akuatik (makhluk yang hidup air). Beberapa di antaranya bahkan merupakan endemik di Gunungsewu.
ADVERTISEMENT
“Itu kan potensi gangguan terhadap hewan-hewan sangat besar. Terutama hewan yang di darat, dia tidak mempunyai kemampuan untuk survive (bertahan) di air. Nah itu kan kalo dalam waktu yang cukup lama bahkan sampai 30 jam saja itu sudah menjadi suatu hal yang perlu di apa diperhatikan kalau menurut saya. Kalau yang di air kemungkinan untuk bisa survive masih ada karena bagaimana pun hewan air di air masih bisa apa bertahan," jelas Cahyo.
Namun, hewan akuatik pun menurut Cahyo tidak 100 persen aman dari bahaya banjir.
"Permasalahannya ada beberapa hewan air yang dia itu sangat spesifik hidup di air bukan yang dari luar (hanya dapat hidup di dalam air gua Gunungsewu)," paparnya.
ADVERTISEMENT
Hewan yang terdapat di dalam gua-gua di Gunungsewu di antaranya adalah kelelewar dan berbagai macam jenis udang serta kepiting.
Gunungsewu merupakan kawasan geopark yang terletak di tiga provinsi, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Pada tahun 2015, Gunungsewu resmi menjadi anggota Global Geoparks Network UNESCO, yang membuktikan Gunungsewu adalah geopark kelas dunia.