Hari Anak Nasional: Please, Jangan Pukul Anak

23 Juli 2019 17:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah siswa SD memainkan alat musik ukulele saat peluncuran program 'Ukulele Masuk Sekolah' di SD Inpres 42 Ambon, Desa Amahusu, Ambon, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/izaac mulyawan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah siswa SD memainkan alat musik ukulele saat peluncuran program 'Ukulele Masuk Sekolah' di SD Inpres 42 Ambon, Desa Amahusu, Ambon, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/izaac mulyawan
ADVERTISEMENT
Hari Anak Nasional diperingati tiap 23 Juli. Tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Anak Nasional sejak tahun 1984, tepatnya setelah Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 disahkan pada 19 Juli 1984.
ADVERTISEMENT
Menyoal kondisi anak-anak di Indonesia, ada satu hal yang patut membuat kita miris. Ternyata, banyak anak Indonesia pernah mengalami kekerasan.
Pada Mei lalu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) meluncurkan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja tahun 2018 (SNPHAR 2018). Hasil Survei menunjukkan bahwa 1 dari 17 anak laki-laki dan 1 dari 11 anak perempuan pernah mengalami kekerasan seksual. Di samping itu, 1 dari 2 anak laki-laki dan 3 dari 5 anak perempuan pernah mengalami kekerasan emosional. Selain itu, 1 dari 3 anak laki-laki dan 1 dari 5 anak perempuan mengalami kekerasan fisik.
Dari sini, menurut Kemen PPPA, dapat disimpulkan bahwa 2 dari 3 anak dan remaja perempuan dan laki-laki di Indonesia pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya. Ironisnya, banyak pelaku kekerasan terhadap anak-anak di Indonesia ternyata merupakan orang-orang terdekat, yakni keluarga atau pengasuh mereka di rumah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan bertajuk "Global Report 2017: Ending Violence in Childhood", sebanyak 73,7 persen anak-anak Indonesia berumur 1-14 tahun pernah mengalami hukuman fisik di rumah. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga mencatat sebanyak 4.294 kasus kekerasan pada anak dilakukan oleh keluarga dan pengasuh (2011-2016).
Aksi Anti Kekerasan Terhadap Anak di Bundaran HI. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Dampak Buruk Kekerasan pada Anak
Kekerasan fisik dalam bentuk apa pun terhadap anak tidak bisa dibenarkan karena dapat berdampak buruk bagi perkembangan dan kehidupan mereka. Sebuah riset yang telah dipublikasikan di jurnal Child Development pada 8 Januari 2017 menemukan bahwa pola pengasuhan yang terlalu agresif dan keras terhadap anak dapat berdampak buruk pada performa anak di sekolah.
Riset ini menyelidiki hampir 1.500 remaja yang tumbuh besar di Maryland, Amerika Serikat. Riset menemukan bawah anak-anak yang orang tuanya sering meneriaki mereka atau mengancam mereka dengan hukuman agresif, ternyata lebih cenderung putus sekolah atau drop out dari perguruan tinggi daripada teman-teman sebaya mereka yang lain, terlepas dari nilai yang mereka dapatkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, riset menemukan, anak-anak tersebut juga lebih cenderung terlibat dalam perilaku berisiko, seperti hubungan seksual dini, saat mereka menginjak kelas 11 atau 2 SMA. Di samping itu, mereka juga cenderung lebih sering berkelahi dan mencuri.
Deklarasi Anti Kekerasan Anak di Sleman. Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto
Yang perlu dicatat, kemunculan dampak buruk akibat kekerasan orang tua terhadap anak ini tidak harus menunggu sampai anak tersebut sudah duduk di kelas 2 SMA. Riset lainnya, yang telah dipublikasikan pada 6 November 2017 di Psychological Science, jurnal milik Association for Psychological Science, menemukan adanya dampak buruk kekerasaan yang jelas pada anak-anak usia sekolah dasar.
Hasil riset menemukan, anak-anak yang dipukul oleh orang tua mereka pada usia 5 tahun menunjukkan peningkatan tingkah laku yang bermasalah pada usia 6 hingga 8 tahun. Menurut hasil riset ini, tingkah laku anak-anak yang pernah dipukul itu lebih bermasalah dibanding anak-anak yang tidak pernah dipukul.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan hasil penelitian ini disebutkan, peningkatan perilaku bermasalah pada anak bisa muncul pada anak dari berbagai kalangan, sifat, orang tua, atau lingkungan tempat tinggal. Namun begitu, terlihat jelas anak yang pernah dipukul lebih menunjukkan kecenderungan untuk bermasalah.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa memukul bukanlah cara yang tepat (mendidik anak) dan malah membuat perilaku anak semakin buruk, bukan semakin baik," kata Elizabeth T. Gershoff dari University of Texas at Austin yang memimpin penelitian ini, sebagaimana dikutip dari Science Daily.
Jadi, please, para orang tua, jangan pernah lagi memukul atau melakukan kekerasan pada anak-anak kalian, ya.