Harimau Mulai Langka, Pemburu Gelap Kini Incar Singa

3 Juni 2018 13:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi harimau dan singa (Foto: Capri23auto dan Alexas_Fotos via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi harimau dan singa (Foto: Capri23auto dan Alexas_Fotos via Pixabay)
ADVERTISEMENT
Empat singa muda ditemukan mati di taman nasional Limpopo di Mozambik. Keempat anak singa tersebut terbujur kaku dengan kondisi yang mengenaskan di tanah dekat daging sapi beracun.
ADVERTISEMENT
Tidak ada saksi mata saat peristiwa yang merenggut nyawa singa muda tersebut terjadi. Ketika diinvestigasi, petugas taman nasional menemukan muka dan cakar keempat anak singa sudah dipotong.
"Ini bukan hal yang menyenangkan untuk dilihat," kata Marius Steyl, manajer operasional penegak hukum di Limpopo, Mozambik. "(Singa) ini raja hutan, dan tiba-tiba dibinasakan oleh manusia."
Menurut Steyl, yang ikut investigasi dalam kasus yang terjadi pada Januari lalu ini, ada dua orang tersangka. Kemungkinan keduanya membunuh singa sebagai balasan karena hewan tersebut telah memangsa ternaknya. Satu orang sudah dituntut, dan satu lagi masih buron.
Salah seorang pemburu di Afrika. (Foto: Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Salah seorang pemburu di Afrika. (Foto: Getty Images)
Cakar, gigi, hingga tulang singa banyak dicari
Singa di Mozambik dan negara Afrika lain kini menghadapi ancaman besar, menurut laporan National Geographic. Karena harimau di Asia semakin langka (populasinya diperkirakan kurang dari 4.000 ekor), maka kucing besar lain di seluruh dunia menjadi target buruan, mulai dari macan tutul, jaguar, hingga singa Afrika.
ADVERTISEMENT
Kelompok konservasi di Afrika Timur dan Selatan mengatakan bahwa banyak singa dibunuh dan dimutilasi untuk cakar dan giginya selama tiga tahun terakhir. Pemburuan ini diperkirakan untuk memenuhi permintaan pasar di China dan Asia Tenggara, yang bagian-bagian singa tersebut dijadikan liontin dan jimat.
Menurut lembaga International Union for Conservation of Nature (IUCN), populasi singa liar Afrika turun sekitar 43 persen sejak 1993 hingga tidak lebih dari 20.000 ekor pada 2014. Hilangnya habibat dan hewan lain sebagai mangsanya memaksa kucing besar ini berinteraksi dengan manusia dan ternak mereka.
Singa yang memangsa sapi ternak jadi sasaran pembunuhan, dan semakin banyaknya pemburu gelap yang mengincar bagian tubuh singa membuat masalah ini semakin rumit.
Singa. (Foto: WenPhotos via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Singa. (Foto: WenPhotos via Pixabay)
ADVERTISEMENT
Afrika Selatan legalkan ekspor tulang singa
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), lembaga yang mengatur perdagangan satwa liar global, melarang perdagangan komersial pada bagian organ singa liar Afrika. Namun di Afrika Selatan, sebagian anggota tubuh singa dapat diekspor secara legal - 800 tulang singa per tahun.
Menurut CITES, sebagian besar komoditas itu diterbangkan ke Laos dan Vietnam. Tulang singa kerap digunakan sebagai pengganti tulang harimau dalam pembuatan ramuan untuk mengobati berbagai macam penyakit.
CITES mencatat ada sekitar 150 cakar dan gigi singa diekspor dari Afrika Selatan ke China dan Vietnam selama lima tahun terakhir. Parahnya, dalam periode yang sama, ditemukan juga cakar dan gigi ilegal yang berhasil disita petugas di negara Asia lain dengan volume yang lebih banyak dari perdagangan legal.
ADVERTISEMENT
"Ada kesadaran yang berkembang tentang ketersediaan bagian tubuh singa di Afrika dan potensi mereka sebagai pengganti harimau," ucap Kristin Nowell, direktur organisasi konservasi kucing besar Cat Action Treasury. "Kami cukup khawatir tentang singa."
Nowell berkata, perdagangan legal Afrika Selatan memicu permintaan Asia untuk anggota tubuh singa sebagai pengganti tubuh harimau dan perdagangan ilegal gigi dan cakar singa liar, sehingga mengurangi jumlah populasinya.