Hidup di Negara Demokrasi Baik untuk Kesehatan

18 Maret 2019 14:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemilu di negara demokrasi. Foto: Hendra N/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Pemilu di negara demokrasi. Foto: Hendra N/Antara
ADVERTISEMENT
Ada keuntungan hidup di negara demokrasi seperti Indonesia. Menurut sebuah riset, orang yang tinggal menetap di negara demokrasi memiliki kesempatan hidup lebih lama dan lebih sehat dibanding mereka yang bertempat tinggal di negara kediktatoran.
ADVERTISEMENT
Itu merupakan hasil riset dari tim peneliti yang dipimpin oleh Professor Thomas Bollyky dari organisasi Council on Foreign Relations. Hasil penelitiannya ini telah diterbitkan di jurnal The Lancet.
Tidak hanya itu, para periset juga berhasil menemukan alasan di balik hasil studinya. Alasannya ini ternyata bukan karena warga negara demokrasi lebih aman dari penculikan, melainkan karena negara-negara demokrasi cenderung menghabiskan uang pada bidang kesehatan bersubsidi.
Ilustrasi penanganan kesehatan bersubsidi. MR Foto: Shutterstock
Kesimpulan ini didapat dari hasil analisis tim peneliti terhadap 170 negara dari tahun 1970 sampai 2015. Mereka mempelajari jenis pemerintahan, usia harapan hidup, kematian, produk domestik bruto (PDB), dan biaya kesehatan.
Para peneliti juga mempertimbangkan negara mana yang layak disebut demokrasi. Mereka menilai negara yang partai oposisinya tidak bisa berkampanye dengan aman mendapat nilai demokrasi yang lebih jelek.
Relawan demokrasi pemilihan umum (Pemilu) 2019 mengikuti upacara pengukuhan. Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Mereka menemukan bahwa dengan mengadopsi sistem demokrasi, usia harapan hidup setelah umur 15 tahun meningkat sebanyak 3 persen. Menurut Bollyky, hal ini akibat penurunan penyakit kardiovaskular dan cedera karena kecelakaan kendaraan bermotor.
ADVERTISEMENT
Menurut riset ini, negara-negara demokrasi menghabiskan lebih banyak dana untuk subsidi kesehatan dibanding negara kediktatoran yang punya pemasukan serupa.
Temuan Bollyky mengimplikasikan bahwa kita harus menjaga negara demokrasi kita, meskipun ketika tidak ada kandidat di pemilu yang dirasa cocok. Tapi, ya, semua kembali ke masing-masing orang.