news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hujan Meteor Lyrid Akan Hiasi Langit Bumi

20 April 2019 20:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hujan meteor Foto: NASA/JPL
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hujan meteor Foto: NASA/JPL
ADVERTISEMENT
Antara tanggal 16 April hingga 25 April, di tengah malam menjelang subuh, langit akan dihiasi dengan fenomena yang menakjubkan, yakni hujan meteor Lyrid. Puncak hujan meteor tersebut diperkirakan akan terjadi pada 22 April 2019.
ADVERTISEMENT
Orang-orang yang tinggal di belahan Bumi paling utara akan sangat beruntung, karena tempat tersebut menjadi lokasi paling baik untuk menyaksikan hujan meteor Lyrid. Meski begitu, peristiwa ini juga dapat disaksikan oleh orang-orang yang hidup di belahan Bumi bagian selatan.
Ilustrasi hujan meteor Foto: Flicker/Jeff Sullivan
Untuk melihat hujan meteor Lyrid, orang-orang perlu mencari area gelap, jauh dari lampu-lampu perkotaan. Mereka perlu berada di luar ruangan sekitar 20 hingga 30 menit sebelum hujan meteor dimulai. Ini dimaksudkan agar mata dapat menyesuaikan dengan area gelap tersebut.
Hujan meteor Lyrid sejatinya bisa disaksikan dengan mata telanjang. Dalam satu jam, setidaknya kamu akan mendapatkan lima hingga 20 meteor yang berjatuhan.
Ada kemungkinan hujan meteor Lyrid juga tidak akan terlihat karena bertepatan dengan bulan purnama yang terjadi pada 23 April mendatang. Cahaya terang dari bulan purnama ini bisa menghambat terlihatnya cahaya meteor.
Ilustrasi Meteor Foto: Pixabay
Hujan meteor sendiri ditimbulkan dari komet C/1861 G1 (Thatcher) yang jatuh ke atmosfer Bumi dengan kecepatan 49 kilometer per detik. Saat bongkahan debu kosmik ini menghantam atmosfer Bumi, mereka akan terbakar dan meninggalkan ekor yang bergaris-garis.
ADVERTISEMENT
Sedangkan nama Lyrid diambil dari pancaran cahaya di langit sekitar konstelasi Lyra. Menurut para astronom, orang-orang telah menikmati Lyrid selama 2.700 tahun. Penampakan pertama Lyrid dicatat oleh seorang penulis asal China pada tahun 687 SM bernama Zuo Qiuming. Dalam catatannya, dia menggambarkan Lyrid sebagai bintang-bintang yang berjatuhan seperti hujan.