Huruf F dan V Bisa Diucap setelah Manusia Setop Makan Daging Mentah

18 Maret 2019 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi berbicara dengan suara nyaring Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbicara dengan suara nyaring Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Gaya bicara kita saat ini ternyata terpengaruh oleh apa yang dikonsumsi nenek moyang terdahulu, yang mulai meninggalkan daging mentah yang cenderung keras atau sangat kenyal ketika dikunyah. Kebiasaan leluhur meninggalkan daging mentah itu membuat rahang manusia modern berubah dan itu berpengaruh pada gaya berbicara kita sekarang.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut berasal dari hasil riset yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dari University of Zurich. Temuan mereka ini telah dipublikasikan di jurnal Science.
"Hasil kerja kami menunjukkan bahwa bahasa juga merupakan sebuah fenomena biologi. Anda tidak bisa memisahkan kebudayaan dengan biologi," papar Balthasar Bickel, ahli bahasa dari University of Zurich sekaligus anggota tim riset, kepada The Associated Press (AP).
Dalam risetnya, para peneliti menjelaskan bahwa suara yang kita keluarkan secara langsung terpengaruh oleh bentuk rahang. Sedangkan bentuk rahang terbentuk oleh bagaimana kita mengunyah makanan.
Ilustrasi Makan Pizza Foto: Ivanko80/Shutterstock
Kesimpulan ini didapat setelah ilmuwan menganalisis tengkorak manusia zaman batu dan manusia modern. Mereka juga membuat simulasi bagaimana bentuk rahang yang berbeda akan membuat mulut bisa mengeluarkan suara berbeda.
ADVERTISEMENT
Para peneliti juga mempelajari data dari sekitar 2.000 bahasa. Mereka ingin mengidentifikasi suara mana yang banyak digunakan, dan di mana.
Mereka menemukan bahwa bahasa dari kelompok manusia pemburu dan pengumpul, jauh lebih sedikit menggunakan konsonan. Sedangkan bahasa dari kelompok yang sejak lama menjadi masyarakat petani, menggunakan banyak konsonan.
"Anatomi kita mengubah tipe suara yang yang kita gunakan di bahasa," kata Noreen von Cramon-Taubadel, antropolog evolusi dari University of Buffalo, yang tidak terlibat dalam riset.
Fosil tengkorak manusia purba Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Sebelum muncul manusia yang bercocok tanam dan memasak makanan, leluhur kita memakan daging mentah. Mereka langsung menggigit daging mentah untuk memakannya, suatu hal yang membuat gigi dan rahang bekerja keras. Daging mentah punya daya pantul lebih besar ketimbang daging yang dimasak.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, tengkorak manusia zaman batu berbeda dengan tengkorak manusia modern. Tengkorak yang lebih tua ini memiliki gigi atas dan bawah yang saling berhadapan langsung ketika mulut tertutup.
Sedangkan kondisi gigi kita, para manusia modern, agak berbeda. Kita cenderung memiliki overbite atau tumpang gigit. Ketika mulut tertutup, bagian atas gigi manusia modern cenderung sedikit lebih maju ke depan dibanding gigi bawahnya.
"Jika Anda tumbuh besar dengan diberi makanan yang lembut, Anda tidak akan merasakan kesulitan dalam menggigit seperti leluhur Anda, akibatnya Anda jadi punya tumpang gigit," kata Bickel.
Ilustrasi anak makan ayam goreng Foto: Shutterstock
Mengucap huruf F dan V
Mengunyah makanan yang lembut tidak hanya mengubah rahang kita. Hal itu juga mempermudah manusia modern dalam mengucapkan sejumlah huruf. Kita semakin mudah mengucap huruf "f" dan "v". Ahli bahasa menyebut pengucapan kedua huruf itu sebagai konsonan labiodental atau konsonan bibir-gigi.
ADVERTISEMENT
Para peneliti mempelajari 52 bahasa dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Mereka memetakan bagaimana pengucapan "f" dan "v" mulai muncul di masing-masing bahasa.
Mereka menemukan bahwa gaya makan masyarakat berpengaruh kepada kemunculan suara dari dua huruf tersebut. Semakin masyarakat mengembangkan pertanian dan mengganti makannya dari daging mentah ke makanan lembut, suara dari kedua huruf tersebut semakin banyak muncul.
"Suara yang baru jadi dikenal dalam bahasa, dan jadi lebih banyak diadopsi," kata salah satu peneliti dalam riset, Steven Moran.
Sebelumnya, ahli bahasa AS Charles Hockett memberi anggapan bahwa pertanian membantu manusia memiliki bahasa. Tapi, dia tidak melakukan riset untuk membuktikan anggapannya.