Ilmuwan Suntik Gen Otak Manusia ke Monyet demi Riset Kontroversial

14 April 2019 10:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi alat suntik. Foto: PhotoLizM
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi alat suntik. Foto: PhotoLizM
ADVERTISEMENT
Sekelompok ilmuwan di China melakukan studi kontroversial. Mereka sengaja memasukkan gen yang terlibat dalam perkembangan otak manusia ke dalam genom monyet.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan untuk menguji apakah monyet hasil eksperimennya ini mampu melakukan tugas kognitif dengan lebih baik atau tidak dibanding dengan monyet yang tidak disuntik gen otak manusia. Hasil studi ini sendiri telah diterbitkan di jurnal National Sciencce Review.
Gen manusia yang dimaksud adalah MCPH1. Gen ini disuntik ke 11 ekor monyet rhesus, dengan lima ekor di antaranya mampu bertahan cukup lama untuk diuji kemampuan mentalnya. Para peneliti menemukan, beberapa monyet transgenik itu lebih baik ketika melakukan tes memori dan uji waktu reaksi daripada monyet yang tidak diedit gennya.
Dalam sebuah tes memori, monyet diminta untuk mengingat warna dan bentuk stimulus yang muncul di layar dalam jangka waktu tertentu. "Hebatnya, tes kognitif awal kami mendeteksi peningkatan memori jangka pendek pada monyet (transgenik)," kata para peneliti, seperti dilansir IFLScience.
Monyet Grady saat berusia dua bulan. Foto: Oregon Health and Science University
Analisis perilaku dan fisiologi monyet menunjukkan mereka berkembang dengan cara yang mirip manusia, dengan memori jangka pendek lebih baik dan waktu reaksi yang lebih cepat. Otak mereka juga butuh waktu lebih lama untuk berkembang, dengan cara yang mirip manusia.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini dilakukan oleh beberapa ilmuwan di salah satu institut biologis di Chinese Academy of Sciences, Kunming Institute of Zoology, yang juga didukung oleh mitra peneliti AS dari University of North Carolina.
Studi kontroversial ditentang banyak ahli
Eksperimen ini memicu gelombang protes dari berbagai pihak, terutama soal kode etik. Banyak peneliti berharap riset semacam ini tidak berlanjut.
"Masalah etika pertama menyangkut apakah penelitian ini cukup ilmiah untuk membenarkan penggunaan hewan," ujar ilmuwan di University of Colorado, Jacqueline Glover. "Apakah metode penelitian mampu menjawab pertanyaan para ilmuwan? Jika tidak, maka itu harus dihentikan."
"Isu kedua menyangkut soal pantas tidaknya menggunakan monyet tertentu. Bisakah penelitian ini dilakukan dengan alternatif lain yang tak melibatkan risiko pada primata nonmanusia?"
Monyet. Foto: Shutter Stock
Rekan Glover di Universtiy of Colorado, Jim Sikela, juga berkata penelitian ini penuh risiko untuk ditanggung. Ia dan kolega pernah berpendapat dalam makalah ilmiah pada 2010 lalu, yang menyebutkan eksperimen transgenik pada primata nonmanusia menimbulkan masalah etika yang rumit dan primata yang dieksperimen akan berisiko lebih besar untuk dieksplotasi dan membahayakan.
ADVERTISEMENT
Kemudian Larry Baum, peneliti Centre for Genomic Sciences di Hong Kong University, berkata genom monyet rhesus berbeda dengan manusia dalam beberapa persen. "Itu jutaan basis DNA individu yang berbeda antara manusia dan monyet," katanya.
Sementara Su Bing, salah satau peneliti dalam riset monyet transgenik ini, menuduh para kritikus itu munafik dengan mengatakan proyeknya dinilai tidak adil karena 'stereotip' riset China. "Menjelajahi mekanisme genetik evolusi otak manusia adalah masalah utama dalam ilmu alam, dan kami akan melanjutkan eksplorasi kami," tegasnya, seperti dikutip dari CNN.