Ilmuwan Temukan Cara Sembuhkan Luka Tanpa Timbulkan Bekas di Kulit

21 Januari 2018 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bekas Luka (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bekas Luka (Foto: Unsplash)
ADVERTISEMENT
Luka gores, memar, lecet, dan lainnya biasanya akan menimbulkan bekas di kulit meskipun telah sembuh. Bekas luka berupa jaringan parut ini telah dianggap sebagai hal yang lumrah karena merupakan bagian dari proses penyembuhan alami dari luka tersebut.
ADVERTISEMENT
Meski bekas luka adalah sesuatu yang muncul secara normal, kabar baiknya kini, tepatnya sejak tahun 2017, para peneliti telah menemukan cara untuk menyembuhkan luka tanpa harus menimbulkan bekasnya di kulit.
Sebelumnya, para peneliti meyakini proses penyembuhan luka tanpa menimbulkan bekas hanya bisa dilakukan pada kulit ikan dan amfibi. Namun kini, hal itu rupanya bisa diterapkan juga pada proses penyembuhan luka di kulit mamalia, termasuk kulit manusia.
“Intinya, kita bisa memanipulasi penyembuhan luka sehingga bisa menyebabkan regenerasi kulit, bukan bekas luka," kata George Cotsarelis, ketua Departemen Dermatologi di University of Pennsylvania tahun lalu yang menjadi salah satu peneliti soal penyembuhan luka ini, dilansir Science Alert.
Rahasianya, ujar Cotsarelis, adalah dengan meregenerasi folikel-folikel rambut terlebih dulu. Setelah itu, lemak akan beregenerasi sendiri sebagai respons terhadap sinyal-sinyal dari regenerasi folikel-folikel tersebut.
ADVERTISEMENT
Penyebab jaringan bekas luka bisa tampak begitu berbeda dengan kulit normal adalah karena jaringan tersebut tidak mengandung sel-sel lemak ataupun folikel-folikel rambut.
Bekas Luka (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Bekas Luka (Foto: Wikimedia Commons)
Pada dasarnya, jenis kulit yang bergenerasi adalah kulit yang dipenuhi oleh sel-sel lemak yang disebut adiposit. Kulit-kulit yang beregenerasi ini mampu menyatu satu sama lain secara alami.
Namun sayangnya, jaringan parut bekas luka hampir seluruhnya terdiri dari sel-sel yang disebut myofibroblast. Jenis sel ini sama sekali tidak mengandung sel lemak.
Akibatnya, alih-alih akan menyatu dengan semua kulit ketika suatu luka telah sembuh, bagian kulit yang menjadi bekas luka ini justru tampak begitu berbeda dari bagian kulit lainnya, bahkan terus berbeda secara permanen.
Hal seperti ini rupatanya juga terjadi ketika kita menua. Semakin tua, kulit kita akan kehilangan semakin banyak adiposit sehingga akan semakin mengalami perubahan warna dan menjadi keriput.
Area kulit yang ditumbuhi folikel rambut dan tidak (Foto: Maksim V. Plikus et. al./Science)
zoom-in-whitePerbesar
Area kulit yang ditumbuhi folikel rambut dan tidak (Foto: Maksim V. Plikus et. al./Science)
Proses Penelitian
ADVERTISEMENT
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa sel-sel lemak dan folikel-folikel rambut berkembang secara terpisah dalam proses regenerasi kulit. Diketahui, folikel-folikel rambut selalu berkembang lebih dulu.
Dengan dugaan bahwa pertumbuhan folikel-folikel rambut dapat membantu pertumbuhan sel-sel lemak dalam proses regenerasi kulit, para peneliti kemudian ingin melihat apa yang akan terjadi jika mereka menginduksi folikel-folikel rambut untuk tumbuh dalam jaringan parut yang baru terbentuk pada tikus dan sampel kulit manusia yang tumbuh di laboratorium.
Para peneliti menemukan, folikel-folikel rambut mengeluarkan protein yang disebut Bone Morphogenetic Protein (BMP) segera setelah folikel-folikel itu mulai terbentuk. Protein ini ternyata mampu mengubah myofibroblasts di bekas luka menjadi adiposit.
Jika folikel-folikel rambut diinduksi untuk tumbuh di bagian kulit tempat luka sembuh, kulit yang dihasilkan itu ternyata tidak dapat dibedakan dari kulit yang sudah ada sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Science ini memang baru terbukti pada tikus dan sampel potongan kulit manusia. Masih dibutuhkan upaya yang lebih besar lagi untuk dapat menumbuhkan folikel-folikel rambut pada luka yang menempel di kulit seorang manusia yang masih hidup.
Namun setidaknya, penelitian ini telah membuka mata para ilmuwan di seluruh dunia bahwa menyembuhkan luka tanpa meninggalkan bekas di kulit mamalia, termasuk manusia, adalah hal yang mungkin.