Ilmuwan Temukan Penangkal Racun Hewan Paling Mematikan di Dunia

2 Mei 2019 16:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ubur-ubur kotak (Chironix fleckeri) Foto: OpenCage/ Wikimedia commons
zoom-in-whitePerbesar
Ubur-ubur kotak (Chironix fleckeri) Foto: OpenCage/ Wikimedia commons
ADVERTISEMENT
Hewan paling berbisa di dunia ternyata bukanlah ular atau kalajengking, melainkan ubur-ubur kotak. Racun dari seekor ubur-ubur kotak disebut mampu membunuh lebih dari 60 orang.
ADVERTISEMENT
Kini sekelompok peneliti dari Univesity of Sydney berhasil mengidentifikasi molekul yang dapat bekerja menangkal racun dari ubur-ubur kotak yang mematikan itu. Hasil riset mereka ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications.
Namun, perlu diketahui, penangkal racun itu baru diuji pada sel manusia yang terdapat di atas piring dan sel tikus.
Ubur-ubur kotak Australia (Chironix fleckeri), dinamakan demikian karena ia memiliki bentuk kubus, memiliki hingga 60 tentakel, dengan panjang 3 meter, dan sarat dengan jutaan kait berisi racun.
Dengan racun ini, ubur-ubur dapat membunuh mangsa atau musuhnya dengan cepat sehingga mangsa atau musuhnya itu tidak meronta-ronta dan tidak merusak tentakel si ubur-ubur. Ubur-ubur kotak biasa ditemukan di pantai Australia Utara dan seluruh perairan Indo-Pasifik. Kecepatan ubur-ubur kotak saat berburu ikan dan udang dapat mencapai 7,5 kilometer per jam.
ADVERTISEMENT
Mereka yang terkena sengatan akan menderita rasa sakit yang luar biasa, seperti nekrosis kulit, serangan jantung, dan korban akan mengalami kematian setelah beberapa menit mendapat sengatan.
Ilustrasi orang sakit. Foto: Parentingupstream/Pixabay
Banyak korban yang mengalami syok dan tenggelam karena rasa sakit luar biasa. Mereka yang selamat dari sengatan ubur-ubur kotak dapat menderita rasa sakit selama beberapa minggu dan mengalami jaringan parut.
"Kami sedang melihat cara racun itu bekerja, untuk mencoba lebih memahami bagaimana bisa menyebabkan rasa sakit. Menggunakan teknik penyuntingan genom CRISPR baru, kami dapat dengan cepat mengidentifikasi bagaimana racun ini membunuh sel manusia," jelas Greg Neely, seorang profesor di School of Life and Environmental Sciences, Sydney, dilansir IFLScience.
"Untungnya, sudah ada obat yang bisa bertindak pada jalur racun yang digunakan untuk membunuh sel, dan ketika kami mencoba obat ini sebagai penawar racun pada tikus, kami menemukan itu bisa memblokir luka dan rasa sakit yang terkait dengan sengatan ubur-ubur," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
CRISPR merupakan teknik yang memungkinkan para ilmuwan untuk menambah, menghapus, atau mengubah materi genetik dalam suatu organisme. Teknik ini telah digunakan untuk berbagai macam hal, mulai dari memperbaiki distrofi otot pada anjing hingga mengobati kelainan darah langka pada manusia.
Para peneliti menggunakan metode ini untuk mengeluarkan gen yang berbeda dari jutaan sel manusia. Melalui trial and error, mereka melihat sel mana yang selamat dari pertemuannya dengan racun ubur-ubur kotak. Ini memungkinkan mereka untuk menemukan fitur pada tubuh manusia yang memungkinkan racun bertahan.
"Jalur racun ubur-ubur yang kami identifikasi dalam penelitian ini membutuhkan kolesterol, dan karena ada banyak obat yang tersedia yang menargetkan kolesterol, kami dapat mencoba memblokir jalur ini untuk melihat bagaimana ini memengaruhi aktivitas racun," kata pemimpin penelitian, Dr Raymond Lau.
ADVERTISEMENT
Kelompok peneliti ini menemukan bahwa dalam jaringan sel tikus dan manusia, penawar racun itu dapat mencegah nekrosis kulit, jaringan parut, dan rasa sakit. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah penawar itu juga dapat menghentikan serangan jantung.
Obat penawar tersebut harus diberikan pada kulit korban yang tersengat ubur-ubur itu tak kurang dari 15 menit setelah sengatan terjadi. Selama masa percobaan para peneliti menggunakan metode penyuntikan, tapi mereka berharap ke depannya dapat menegmbangkan metode semprot untuk penawarnya.