Impor Unik, Denmark Ambil Ratusan Ribu Ton Sampah dari Inggris

22 Maret 2019 14:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tumpukan sampah. Foto: REUTERS/Luc Gnago
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tumpukan sampah. Foto: REUTERS/Luc Gnago
ADVERTISEMENT
Ada hal unik yang Denmark lakukan demi memenuhi kebutuhan listriknya. Mereka mengambil sampah dari negara tetangganya untuk dijadikan bahan bakar bagi pembangkit listriknya.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkapkan oleh Rasmus Abildgaard Kristensen, Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Timor-Leste, Papua New Guinea dan ASEAN. Menurut Rasmus, apa yang negerinya itu lakukan itu memang agak aneh.
"Kami melakukan sesuatu yang mungkin membuat orang-orang heran, yaitu mengimpor sampah," kata Rasmus dalam acara diskusi media di rumah kediamannya di Jakarta, Kamis (21/3).
Rasmus mengatakan bahwa Denmark mengimpor sampah dari negara tetangganya, Inggris. Di Denmark, sampah-sampah itu menjadi bahan bakar bagi pembangkit listrik insinerator. Panas dari pembakaran sampah di insinerator itu kemudian bisa digunakan untuk menciptakan energi listrik.
Rasmus Abildgaard Kristensen Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Timor-Leste, Papua New Guinea dan ASEAN. Foto: Sayid Razqa/kumparan
Morten Holm van Donk, penasihat sektor lingkungan Kedutaan Denmark untuk Indonesia, menjelaskan bahwa pada 2015 Denmark telah mengimpor sekitar 300 ribu ton sampah. Ia menambahkan, ada kecenderungan bahwa angka itu bisa terus bertambah setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Rasmus memaparkan, impor sampah dilakukan karena Denmark terlalu banyak membangun pembangkit listrik insinerator itu. Dampaknya memang sampah di Denmark berkurang, tapi itu membuat negara yang penduduknya paling bahagia di dunia itu harus mengimpor sampah.
Rasmus Abildgaard Kristensen (kanan), Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Timor-Leste, Papua New Guinea dan ASEAN dan Morten Holm van Donk, penasihat sektor lingkungan Kedutaan Besar Denmark. Foto: Sayid Razqa/kumparan
Maka dari itu, Rasmus menyarankan agar Indonesia tidak terjebak hal yang sama. Ia berharap pembangunan pembangkit listrik insinerator di Indonesia menyesuaikan dengan jumlah sampah yang ada di daerah sekitarnya.
Menurut Rasmus, insinerator utamanya adalah untuk menyelesaikan masalah sampah. Sedangkan hasil lain, misalnya energi listrik, hanya sebagai nilai tambah bagi cara pengolahan limbah ini.
Berdasarkan data yang Rasmus paparkan, sekitar 23 persen sampah di Denmark masuk ke insinerator. Sebagian besar sampah di Denmark, sekitar 69 persen, didaur ulang kembali. Adapun sisanya, sekitar tujuh persen, masih masuk ke tempat pembuangan akhir.
ADVERTISEMENT