Ini Alasan Ilmiah Kenapa Remaja Sering Bertindak Bodoh

29 Januari 2018 9:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Remaja (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Remaja (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Seringkali kita melihat berita remaja yang melakukan hal aneh-aneh demi alasan yang sebenarnya sepele. Misalnya, ada saja anak muda yang melakukan hal gila agar aksinya tersebut viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, anak-anak remaja yang sangat haus perhatian dari dunia maya diberi julukan 'generasi micin', julukan yang diberikan karena menganggap para remaja ini bodoh dan tidak berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu.
Mengapa remaja seringkali melakukan hal-hal aneh dan membuat pilihan yang salah? Apakah benar otak remaja tidak bisa membedakan mana yang salah dan benar?
Sebenarnya, sejak masih balita, manusia sudah bisa membedakan salah dan benar. Ketika anak belajar memahami bahasa, saat itu juga ia mengerti ada hal-hal yang seharusnya tidak ia lakukan.
Tapi, anak-anak dan remaja bisa membuat pilihan yang salah ketika tiga hal ini terjadi. Ketika mereka merasa tertekan, stres, dan ketika mencari perhatian dari temannya.
Maka tidak aneh kalau sebenarnya mereka tahu perbuatan mereka salah, tetapi karena ingin dianggap hebat oleh temannya, maka ia akan melakukan perbuatan yang salah tersebut.
Milenial. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Milenial. (Foto: Thinkstock)
Panas dan Dingin
ADVERTISEMENT
Perbedaan antara pengetahuan dan pilihan remaja bisa dijelaskan dalam kondisi 'panas' dan kondisi 'dingin'.
Kondisi dingin adalah ketika keadaan emosi mereka lebih stabil saat mengambil keputusan. Pada saat ini, mereka cenderung mengambil keputusan yang lebih masuk akal karena tidak terdorong oleh emosi.
Sementara dalam kondisi panas, mereka akan mengambil keputusan karena dorongan emosi, baik itu marah, kecewa, atau bahkan karena terlalu bahagia. Dalam kondisi ini, mereka akan lebih mencari perhatian dan nekat.
Tindakan bullying pada remaja (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Tindakan bullying pada remaja (Foto: Thinkstock)
Studi pada bagian otak frontal lobe yang merupakan bagian otak untuk mengendalikan pengambilan keputusan dan respons emosional, belum tumbuh sempurna hingga usia 20 tahunan.
Karena itu, dalam studi lainnya mengenai kedewasaan psikososial, pada usia 12 sampai 17 tahun, otak mereka secara psikososial belum dewasa.
ADVERTISEMENT
Proses Pendewasaan
Ketidakdewasaan ini membuat remaja menjadi nekat, mengambil keputusan tanpa berpikir, hanya fokus pada tujuan jangka pendek, sulit mengendalikan diri, gampang ditekan oleh temannya, dan tidak bisa mengantisipasi akibat dari perbuatannya.
Mengapa remaja sering bertindak nekat adalah sesuatu yang alamiah dalam proses pendewasaan. Karena itu, orang tua seharusnya bisa membantu mereka untuk belajar membuat keputusan lebih baik.
Orang tua sebaiknya mempelajari fakta yang akurat (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Orang tua sebaiknya mempelajari fakta yang akurat (Foto: Thinstock)
Orangtua harus lebih sering membahas kelakuan mereka serta menjelaskan apa resikonya. Orangtua juga bisa mengajarkan anaknya untuk diam dan berpikir sesaat. Apabila mereka merasa tertekan, ajarkan anak untuk 'bersembunyi' sementara waktu dan berpikir.
Dan juga, ajarkan mereka agar tidak malu untuk meminta tolong. Berikan kepercayaan pada mereka, bahwa ketika harus membuat keputusan yang sulit, mereka tidak harus selalu mengambil keputusan sendiri tapi bisa meminta tolong pada orangtua, saudara, atau orang lain yang lebih dewasa.
ADVERTISEMENT