Jonan Saksikan Anak Krakatau, Pastikan Semua Alat Pemantau Normal

28 Desember 2018 15:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Anak Krakatau meletus. (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Anak Krakatau meletus. (Foto: Dok. BNPB)
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan ke Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Serang, Banten. Dalam kunjungan di hari Jumat (28/12) ini, Jonan sekaligus memastikan semua alat pemantau di pos tersebut berjalan normal.
ADVERTISEMENT
Jonan meminta petugas melakukan penggantian alat yang rusak dan menggantinya dengan alat yang berfungsi normal dari tempat lain.
Adapun peralatan yang tersedia di pos pengamatan antara lain berupa penunjuk arah mata angin untuk memonitor pergerakan abu vulkanis, CCTV untuk memantau secara visual gunung, serta alat pencatat gelombang infrasonik dan seismograf masing-masing sebanyak 2 buah dengan dua jenis keakuratan yang ditempatkan di Pulau Sertung.
Papan penunjuk jalan ke Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Serang, Banten (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Papan penunjuk jalan ke Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Serang, Banten (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
Seismograf yang terletak di pulau kompleks Gunung Anak Krakatau diketahui rusak akibat terdampak aktivitas vulkanik tanggal 22 Desember 2018. Alat itu akan segera diganti, dipasang lagi di dua titik berbeda, di pulau-pulau sekitar Gunung Anak Krakatau. Pemasangan ini akan menunggu kondisi cuaca dan aktivitas gunung api yang lebih kondusif.
ADVERTISEMENT
Seismograf tersebut mengalami 3 kali penggantian unit karena rusak setelah Anak Krakatau mengalami erupsi setiap hari sejak Juli 2018.
"Hanya saya minta yang rusak dipasang di kaki Gunung Anak Krakataunya itu (diperbaiki). Itu sudah rusak beberapa kali, ini dipindahlah, pinjam alat dari tempat lain, karena kalau pengadaan saya rasa akan makan waktu lama sekali," kata dia.
Menteri ESDM Ignasius Jonan kunjugi Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Serang, Banten (Foto: Dok. Tim Komunikasi ESDM)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Ignasius Jonan kunjugi Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Serang, Banten (Foto: Dok. Tim Komunikasi ESDM)
Kepala Badan Geologi, Rudy Suhendar, menyampaikan saat ini ada enam orang tenaga ahli di pos pengamatan tersebut untuk memantau aktivitas Anak Krakatau, termasuk vulkanologis dan teknisi yang dikirim dari Bandung.
"Kondisi sekarang masih ada letusan dan beberapa kali tremor yang terpantau dari seismograf yang dipasang di Pulau Sertung," ungkap Rudy.
Gunung Anak Krakatau sedang menjadi perhatian publik Indonesia setelah aktivitas dan longsorannya yang terjadi di bagian barat daya, 22 Desember lalu, memicu tsunami di Selat Sunda dan berdampak pada kawasan pantai di Anyer, Tanjung Lesung, hingga Lampung.
ADVERTISEMENT
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, akibat tsunami Selat Sunda tersebut, lebih dari 400 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 100 orang lainnya masih hilang.
Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Serang, Banten (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Serang, Banten (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
Saat ini, Kementerian ESDM dan para pemangku kepentingan lain, terus menyelidiki penyebab pasti tsunami di Selat Sunda. "Jadi karenanya, saya minta koordinasi dengan LIPI, BPPT, Badan Geologi ESDM, dan BMKG untuk pelajari kira-kira tsunami yang tempo hari terjadi itu akibat dari apa saja," ujar Jonan.
Keberadaan Anak Krakatau mulai diketahui pada 1928, ketika dilaporkan telah terjadi lagi erupsi dari gunung bawah laut di lokasi tersebut. Sutawidjaja drr., (2006) dalam laporannya menyebutkan, seorang ahli gunung api (Stehn) pada 20 Januari 1929 mengamati suatu tumpukan material di permukaan laut membentuk satu pulau kecil yang kemudian dikenal dengan kelahiran Gunung Anak Krakatau.
ADVERTISEMENT
Gunung Anak Krakatau tumbuh dari kaldera atau fitur vulkanik sisa letusan Krakatau yang meletus pada 1883 dan menyebabkan lebih dari 70 persen bagian Krakatau hancur.