Kata Peneliti LAPAN soal Isu Badai Matahari yang Mengarah ke Bumi

14 Maret 2019 18:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi badai matahari Foto: NASA/commons wikimedia
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi badai matahari Foto: NASA/commons wikimedia
ADVERTISEMENT
Beredar informasi soal Badai Matahari yang mengarah ke Bumi. Situs The Express melansir bahwa besok, Jumat (15/3), akan ada Badai Matahari yang mengarah ke Bumi. Beberapa media daring nasional kemudian mengutip keterangan dari The Express ini.
ADVERTISEMENT
The Express sendiri memberitakan hal ini dengan mengutip laporan dari situs Space Weather. Situs tersebut melaporkan adanya lubang di atmosfer Matahari. Lubang itu mengeluarkan angin Matahari ke arah Bumi.
Ketika material angin Matahari sampai di Bumi, maka kemudian akan terjadi badai geomagnet. Pihak Space Weather memprediksi Badai Matahari ini akan terjadi pada Jumat, 15 Maret 2019.
Mereka menyebut badai ini sebagai Minor G1-class geomagnetic storm. Menurut mereka, gadai geomagnet ini bisa menyebabkan aurora di langit Bumi.
Aurora Borealis di Islandia Foto: Shutter Stock
Peneliti astronomi dan astrofisika LAPAN, Tiar Dani, menjelaskan bahwa sekarang ini aktivitas matahari sedang sangat rendah. Itu karena Matahari sedang dalam fase minimum.
"Di saat aktivitas Matahari minimum, memang akan lebih sering muncul lubang korona (coronal hole). (Namun) dampak lubang korona tidak terlalu signifikan memberikan gangguan ke sistem satelit di Bumi atau GPS," papar Tiar saat dihubungi kumparan, Kamis (14/3).
ADVERTISEMENT
"Berbeda jika (badai) disebabkan oleh flare atau Coronal Mass Ejection (CME) yang biasanya banyak terjadi di saat aktivitas Matahari maksimum," tambahnya.
Jadi, menurut Tiar, dampak teknologi dari badai geomagnet yang mungkin sampai ke Bumi besok, tidak akan separah dampak Badai Matahari akibat flare atau lidah Matahari. Ia menjelaskan bahwa kerja satelit dan GPS tidak akan terpengaruh badai geomagnet ini.
"NOAA Amerika meramalkan kelas badai geomagnet hanya G1. Itu skala rendah. Kemungkinan hanya akan muncul aurora dikutub," tutur Tiar.
Tiar menambahkan bahwa berdasarkan data dari SWIFTS LAPAN dan International Space Environment Service (ISES) Jepang, besok, Jumat (15/3), kondisi cuaca antariksa besok diprediksi tenang.
Ilustrasi badai matahari Foto: NASA/flickr
Munculnya Aurora
Tiar menjelaskan bahwa dari lubang itu, partikel dari Matahari akan keluar ke ruang antarplanet. Partikel itu akan bergerak menuju Bumi dan bertabrakan dengan medan magnet Bumi.
ADVERTISEMENT
"Jadi si partikel dari Matahari itu bertabrakan dengan magnetosfer Bumi dan masuk ke Bumi melalui kutub-kutub yang ada. Nah, waktu masuk kutub, partikel dengan energi tinggi itu akan berinteraksi dengan partikel yang ada, jadilah muncul warna-warni aurora," jelas Tiar.
"Informasi badai geomagnet ini yang suka ditunggu-tunggu bagi yang tinggal di lintang tinggi atau dekat kutub. Karena akan memberikan pertunjukkan langit yang spektakuler," imbuh dia.