Katak Gollum ‘Lord Of The Rings’ Asal Malaysia Kini Terancam Punah

7 Juli 2018 12:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Katak Gollum (Foto: Chan Kin Onn)
zoom-in-whitePerbesar
Katak Gollum (Foto: Chan Kin Onn)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seekor katak yang dinamakan katak Gollum seperti tokoh dari novel dan film Lord of the Rings kini dinyatakan terancam punah. Katak yang berasal dari Malaysia ini diberi nama Gollum karena menurut peneliti ada beberapa kesamaan antara keduanya.
ADVERTISEMENT
Para penggemar novel yang ditulis oleh J.R.R Tolkien dan kemudian diadaptasi ke layar lebar oleh Peter Jackson ini pasti tidak asing dengan tokoh Gollum. Gollum, yang memiliki nama asli Smeagol, adalah Hobbit yang berubah menjadi makhluk kurus yang menghuni Misty Mountains setelah pikirannya dikuasai oleh One Ring, cincin milik Sang Raja Kegelapan, Sauron.
Beberapa kesamaan antara katak ini dengan Gollum antara lain adalah katak ini memiliki mata yang besar, kaki yang panjang dan kurus, jari-jari yang panjang, dan mereka sama-sama hidup di atas pegunungan.
Bedanya, hewan bernama ilmiah Ansonia smeagol ini tinggal di pegunungan di Malaysia, bukan di Misty Mountains. Sayangnya, kini katak Gollum ini dikategorikan sebagai hewan yang ‘vulnerable’ atau rentan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Itu artinya, hewan ini rentan menghadapi risiko kepunahan di masa depan.
Katak Gollum betina. (Foto: Hayden R. Davis et. all)
zoom-in-whitePerbesar
Katak Gollum betina. (Foto: Hayden R. Davis et. all)
Katak ini rentan punah dikarenakan wilayah tempat katak ini tinggal kini semakin tergusur akibat pembangunan resort untuk turis. Karena itu, habitat dari katak Smeagol perlu diberikan perlindungan kebersihan air yang menjadi tempat hidup mereka harus dijaga.
ADVERTISEMENT
"Spesies ini sangat istimewa dan sejauh ini mereka hanya ditemukan di atas satu gunung membuat mereka sangat unik dan sangat istimewa, tetapi mereka juga rentan terhadap ancaman kepunahan," kata Chan Kin Onn, ahli biologi dari University of Singapore kepada BBC.