Keju Berusia 3.200 Tahun Ditemukan di Mesir, Rasanya Seperti Apa?

19 Agustus 2018 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keju Gouda (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Keju Gouda (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Sekelompok arkeolog baru saja menemukan sisa-sisa dari sebuah keju padat di dalam sebuah makam kuno Mesir. Keju ini merupakan salah satu keju tertua yang pernah ditemukan dan menurut hasil analisis, keju ini telah terkontaminasi oleh bakteri berbahaya.
ADVERTISEMENT
Newsweek melaporkan penemuan ini telah dipublikasikan di jurnal Analytical Chemistry. Di jurnal tersebut dijelaskan bahwa makam kuno tempat keju ini ditemukan berada di pemakaman kuno Saqqara. Makam tersebut adalah milik walikota kota kuno Memphis dan berasal dari Dinasti Firaun ke-19.
Sebenarnya keju ini telah ditemukan saat dilakukan penggalian arkeologis pada 2013 lalu. Kala itu ditemukan kendi berisikan sebuah material yang dibungkus dalam kain kanvas. Dan sekarang hasil analisis dari material tersebut diungkap dalam riset terbaru ini.
"Para arkeolog menduga bahwa material itu adalah sejenis makanan yang ditinggalkan untuk si penghuni makam. Untuk memastikannya kami memutuskan untuk melakukan analisis kimia," ujar Enrico Greco, peneliti dari Departemen Ilmu Kimia University of Catania sekaligus pemimpin riset ini.
Penemuan keju berusia 3.200 tahun. (Foto: University of Catania dan Cairo University)
zoom-in-whitePerbesar
Penemuan keju berusia 3.200 tahun. (Foto: University of Catania dan Cairo University)
Dari hasil analisis ditemukan bahwa benda padat itu adalah material yang dibuat dari kombinasi susu sapi dan susu kambing. Menurut peneliti, kanvas yang digunakan untuk membungkus material tersebut tampaknya tidak sesuai untuk digunakan untuk menyimpan suatu material cair atau tidak solid, hal itu mendorong mereka untuk mengambil kesimpulan bahwa temuan itu adalah keju.
ADVERTISEMENT
Para peneliti mengatakan bahwa usia keju yang ditemukan ini adalah sekitar 3.200 tahun. Namun demikian hasil temuan atas usia masih berdasarkan tulisan-tulisan di dalam makam tersebut.
Tercemar bakteri
Mungkin banyak orang penasaran dengan keju yang berusia 3 abad ini. Sayangnya, orang-orang yang penasaran atas rasa keju ini tampaknya harus gigit jari. Pasalnya berdasarkan laporan Gizmodo, para peneliti menemukan dalam keju ini terdapat bakteri Brucella melitensis yang bisa menyebabkan brucellosis.
Brucellosis adalah infeksi bakteri yang disebarkan dari hewan ke manusia, melalui konsumsi susu dan produk turunannya yang tidak dipasteurisasi. Meski biasanya tidak fatal, infeksi ini dapat menyebabkan demam, tubuh berkeringat, tidak enak badan, dan nyeri otot. Selain itu, infeksi juga bisa menyebabkan terjadinya radang sendi, pembengkakan pada testikel, rasa lelah yang kronis, dan pembengkakan jantung.
ADVERTISEMENT
Pada temuan arkeologis sebelumnya telah ditemukan bahwa orang Mesir kuno bisa dibilang cukup akrab dengan brucellosis. Jadi temuan baru ini seolah telah memberikan bukti lain atas kejadian serta cara penyebaran infeksi di masa Mesir kuno.
Penemuan keju berusia 3.200 tahun. (Foto: University of Catania dan Cairo University)
zoom-in-whitePerbesar
Penemuan keju berusia 3.200 tahun. (Foto: University of Catania dan Cairo University)
Rasa keju
Menurut Paul Kindstedt, profesor di University of Vermont yang tidak terlibat dalam riset ini, keju yang ditemukan ini akan memiliki rasa yang "sangat, sangat, asam," saat digigit, sebagaimana dikutip dari New York Times. Selain itu, menurut prediksinya, keju ini memiliki tekstur yang mirip dengan keju kambing chevre.
Di samping itu, ia juga menambahkan, tekstur keju ini akan sangat lembek. "Keju tidak akan tahan lama, keju itu akan rusak dengan cepat," ujarnya.
Salah satu keju tertua di dunia
ADVERTISEMENT
Keju yang ditemukan ini bukan merupakan keju tertua, tapi bisa dibilang sebagai salah satu keju tertua yang pernah ditemukan. Sebab, sebelumnya pada 2014 arkeolog telah menemukan sebuah material, yang secara teknis bisa dibilang keju, pada makam mumi perempuan di Xinjiang, China.
Menurut Bettina Arnold, profesor Departemen Antropologi di University of Wisconsin-Milwaukee, yang tidak terlibat riset tersebut, kita harus memahami definisi dari keju sebelum menentukan keju tertua di Bumi.
Ia mengatakan keju dianggap sebagai suatu bentuk lain dari hasil fermentasi produk susu, seperti yoghurt dan kefir, maka temuan "keju" 2014 adalah yang tertua di dunia. Meski ditemukan, menurut hasil riset yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 2013, manusia di Eropa Utara telah mulai membuat keju 7 ribu tahun lalu. Hal ini berdasarkan bukti ditemukannya lemak susu di sebuah bejana keramik yang memiliki lubang-lubang kecil.
ADVERTISEMENT
Ada juga riset lain yang menemukan adanya ampas susu di dalam sebuah bejana yang berusia lebih tua dari bejana yang ditemukan pada 2013. Temuan ini seribu tahun lebih tua dibanding temuan sebelumnya dan menjadi bukti paling awal usaha manusia memproses susu.
"Memproses susu, secara umum memproduksi keju, sangat penting bagi perkembangan karena hal tersebut tak hanya membuat produk susu bisa disimpan lebih tahan lama dan memiliki bentuk yang mudah dibawa-bawa. Selain itu, hal tersebut membuat susu menjadi sebuah komoditas yang mudah dicerna oleh petani zaman prasejarah," tulis peneliti di riset tahun 2013.