Kekeringan Ekstrem Singkap Kuil Buddha Bawah Air di Thailand

8 Agustus 2019 18:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga beraktivitas di Kuil Buddha Thailand yang muncul kembali setelah terendam air selama 20 tahun. Foto: REUTERS/Soe Zeya Tun
zoom-in-whitePerbesar
Warga beraktivitas di Kuil Buddha Thailand yang muncul kembali setelah terendam air selama 20 tahun. Foto: REUTERS/Soe Zeya Tun
ADVERTISEMENT
Kejadian kekeringan ekstrem membuat sebuah kuil Buddha yang telah terendam air selama 20 tahun muncul lagi. Kuil yang terletak di provinsi Lopburi, Thailand, itu menjadi kuil bawah air setelah sebuah bendungan dibangun di sana.
ADVERTISEMENT
Kemunculan kembali kuil bernama Wat Nong Bua Yai itu membuat ribuan orang datang mengunjunginya. Mereka memberi penghormatan pada sisa-sisa kuil dan menghiasi patung Buddha tanpa kepala di sana dengan bunga.
Yotin Lopnikorn, salah satu pengunjung, mengatakan bahwa dia dulunya tinggal di dekat kuil itu. Lopnikorn menjelaskan ia memiliki banyak kenangan dengan bangunan kuil tersebut.
"Ketika saya masih kecil, saya selalu bermain dengan teman-teman di depan ukiran gajah yang ada di depan bagunan utama kuil," ungkapnya kepada Reuters.
Kuil Buddha itu dulunya adalah tempat berkumpul bagi masyarakat desa sekitarnya. Dulu, ia menjadi tempat bagi masyarakat untuk melakukan ritual dan festival.
Kuil Buddha di Thailand yang muncul kembali setelah terendam air selama 20 tahun. Foto: REUTERS/Soe Zeya Tun
Kemunculan kembali kuil ini terjadi akibat kekeringan ekstrem, menurut Departemen Meteorologi Thailand. Waduk yang merendam kuil itu sekarang nyaris kering total.
ADVERTISEMENT
Kejadian ini memperlihatkan kondisi buruk kekeringan di Thailand. Banyak waduk di Negeri Gajah Putih itu yang cadangan airnya tersisa antara 20 sampai 40 persen.
Live Science melansir bahwa menurut Departemen Meteorologi Thailand, kekeringan ini adalah kekeringan terburuk yang pernah Thailand alami dalam satu dekade terakhir. Bahkan, Sungai Mekong, yang berada di sebelah timur Thailand, berada pada level terendahnya dalam 100 tahun terakhir.
Suasana di Sungai Mekong Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Reuters melaporkan bahwa kekeringan ini terjadi di waktu yang seharusnya musim penghujan datang. Kondisi ini membuat banyak petani beras, yang bergantung pada air waduk, mengalami kesulitan.
Pemerintah Thailand sebelumnya sudah menyarankan agar para petani menunggu hujan turun sebelum menanam padinya. Namun pada Mei 2019 para petani telah mulai menanam padi. Hujan memang sempat turun. Tapi, volume air yang turun ke sawah mereka terlalu sedikit.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, pemerintah Thailand membuat hujan buatan dengan melepaskan senyawa kimia ke udara. Senyawa itu membuat awan untuk memadat yang kemudian menjadi hujan.
Awal tahun ini United Nations Economic and Social Commission of Asia and the Pacific mengeluarkan sebuah laporan mengenai risiko kekeringan. Mereka menulis bahwa daerah yang terdampak kekeringan akan terus bertambah dan pada tahun-tahun ke depan kejadian kekeringan akan semakin sering terjadi.