Kenapa Ada Orang Melampiaskan Marah dengan Banting dan Rusak Barang?

10 Februari 2019 15:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Adi Saputra, pria yang ngamuk saat ditilang ditetapkan sebagai tersangka, Jumat (8/2). Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Adi Saputra, pria yang ngamuk saat ditilang ditetapkan sebagai tersangka, Jumat (8/2). Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kemarahan adalah suatu masalah dalam diri yang perlu ditangani. Tidak sedikit orang kesulitan dalam mengendalikan perilaku marahnya. Perasaan gusar yang tak terkendali ini dapat membahayakan orang lain.
ADVERTISEMENT
Contoh perilaku marah tak terkontrol bisa dilihat dalam peristiwa pemotor yang menolak ditilang dan merusak motornya di kawasan BSD, Serpong Tangerang Selatan, pada Kamis (7/2) lalu. Kasus tersebut sempat terekam dalam video dan menjadi viral di media sosial.
Di dalam video tersebut terlihat pria berinisial AS (21) tak terima ditilang oleh polisi karena tidak memakai helm, melawan arus, dan tidak bisa menunjukkan SIM dan STNK. Dia memprotes penilangan itu dengan merusak motornya sendiri.
Kondisi kemarahan yang dilampiaskan oleh AS merupakan tipe 'anger out'. Tipe kemarahan ini biasanya dilampiaskan kepada orang lain, atau dengan merusak benda-benda di sekitarnya. Dengan tindakan agresif seperti itu dapat memberi kepuasan secara emosional dibanding menahannya.
Kecemasan yang tak terkendali biasanya dapat tergambar dengan napas sesak dan mual berkepanjangan. Gejala seperti itu mengindikasikan serangan panik.
ADVERTISEMENT
Menurut Kristina Randle, psikolog di situs web jejaring sosial kesehatan mental Psych Central, amarah jenis ini secara fisik memang tidak melukai orang lain. Tapi, seseorang yang sedang dalam kondisi amarah hebat, secara tidak langsung juga terlibat dalam pelecehan verbal.
Ilustrasi Marah. Foto: Istimewa
Seseorang dengan amarah yang meledak-ledak disarankan agar mulai melatih diri untuk mengontrol amarah, agar tak membuatnya sebagai kebiasaan buruk, apalagi jika itu menjadi sebuah ketagihan. Ketika merasa marah, alih-alih mengungkapkan emosi negatif secara dramatis, cobalah untuk menemukan cara yang tenang dalam mengekspresikan perasaan.
Jika memang kemarahan itu perlu dikeluarkan, ada baiknya melampiaskan hal itu kepada benda mati.
Psikolog Charles Spielberger yang mendalami studi kemarahan, berpendapat, bahwa kemarahan memang harus dikeluarkan namun dengan catatan seseorang harus bisa dikontrol agar tidak terlewat batas. Amarah yang tidak diluapkan justru akan berpengaruh kepada kesehatan. Jika kemarahan tidak diekspresikan, itu bisa berbalik ke dalam diri.
ADVERTISEMENT
"Kemarahan yang mengarah ke dalam dapat menyebabkan hipertensi, tekanan darah tinggi, atau depresi," kata Spielberger, dikutip dari Psychology Degree Guide. "Ini berarti tidak hanya mengendalikan perilaku lahiriah Anda, tetapi juga mengendalikan respons internal Anda, mengambil langkah-langkah untuk menurunkan detak jantung Anda, menenangkan diri Anda, dan membiarkan perasaan mereda."
Ilustrasi marah. Foto: Pixabay
Bagi kamu yang punya kebiasaan melampiaskan kemarahan dengan memukul seseorang, cobalah untuk mengontrol diri agar tak menciptakan kekerasan fisik karena bisa jadi hal itu tidak menyelesaikan masalah. Malah, akan memerkeruh suasana.
Contoh yang bisa diambil untuk melampiaskan kemarahan, adalah dengan memukul samsak tinju atau merusak benda mati. Lakukan itu sepuasnya selagi tidak mengganggu orang lain dan lingkungan sekitar.