Kenapa Ada Pria yang Jadi Penjahat Seksual?

22 Februari 2018 10:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kaum pria identik dengan gairah seksnya yang besar. Bahkan, beberapa pria dengan gairah seks yang besar tak segan-segan menunjukkan sikap agresif mereka kepada kaum hawa.
ADVERTISEMENT
Sejumlah kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pria terhadap wanita di tempat-tempat umum di Indonesia adalah bukti bahwa beberapa pria tak sanggup mengontrol gairah seks mereka sendiri.
Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka? Mengapa mereka tak bisa mengontrol gairah seks mereka?
Sebuah tim peneliti dari University of British Columbia pernah melakukan riset terkait pengontrolan gairah seks kaum pria. Dalam penelitian ini, mereka melakukan eksperimen dengan memperlihatkan 16 video kepada para peserta eksperimen. Delapan di antaranya adalah video erotis, sementara sisanya adalah video lucu.
Para peserta diberikan instruksi untuk mengontrol respons mereka pada beberapa video tertentu, dan pada video lain mereka dibiarkan menonton seperti biasa.
Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Para peneliti kemudian menilai gairah para peserta pada tiap potongan video dengan bantuan mesin yang menghitung ereksi para peserta eksperimen tersebut.
ADVERTISEMENT
Tim peneliti ingin mengetahui apakah pria dapat mengontrol gairah seksual mereka, dengan membohongi diri mereka dan orang lain.
"Saya terlatih dalam psikologi forensik, dan pada rencana awalnya studi ini akan dilakukan kepada para penjahat seksual," kata Jason Winters, kepala penelitian studi ini, dilansir Live Science.
"Akan tetapi saya harus menemukan kemampuan mengatur gairah seksual di populasi pria normal."
Hasilnya adalah para peserta, dalam rata-rata, dapat mengatur gairah seksual fisiologisnya saat mendapat instruksi demikian. Bahkan mereka menunjukkan penurunan ereksi sebanyak 25 persen.
"Hal ini sejalan dengan tingkat kesuksesan studi sebelumnya yang di mana tingkat kesuksesan berada pada jarak antara 26 hingga 38 persen," tulis Winters pada studinya.
Pelecehan seksual di kantor (ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Pelecehan seksual di kantor (ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
Dalam studi ini ditemukan bahwa kemampuan mengatur gairah seksual tak ada hubungannya dengan usia, pengalaman seksual, atau dorongan seksual. Tetapi eksitasi seksual, inhibsi, dan keinginan, memiliki hubungan dengan kesuksesan kemampuan mengatur hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Ditemukan juga bahwa pria yang mudah merasa gembira memiliki kemampuan mengatur gairah seksual yang lebih rendah. Sementara pria yang mengalami inhibisi (hambatan) seksual karena masalah lainnya memiliki kemampuan mengatur gairah seks yang lebih baik.
Selain itu, temuan lain dari studi adalah pria yang dapat mengontrol respons mereka pada video porno, juga memiliki kemampuan untuk mengontrol respons mereka pada video lucu.
Dengan kata lain, para peserta eksperimen memberikan respons lebih kuat secara fisiologis selama eksperimen ketika mereka diharuskan untuk mengatur gairah saat menonton video dibandingkan pada saat mereka diizinkan menonton dengan bebas.
ADVERTISEMENT
"Kami menghubungkan hal ini sebagai respons terhadap kegelisahan, dalam kasus ini kegelisahan karena dituntut melakukan sesuatu. Ini seperti ketika Anda menyuruh seseorang untuk tidak memikirkan gajah putih, mereka yang memiliki kegelisahan mengalami kesulitan untuk tidak memikirkan gajah putih," tambah Winters.
Menurut tim peneliti, temuan studi ini dapat memberikan sebuah implikasi signifikan.
"Sekarang langkah selanjutnya adalah melakukan studi ini pada pelaku kejahatan seksual," papar Winters.
"Saya duga para pelaku kejahatan seksual memiliki kemampuan mengatur yang sangat buruk, dan kemampuan mengatur yang buruk itu adalah salah satu faktor kejahatan mereka."