Kenapa Mengunyah Sirih Bisa Sebabkan Kanker Mulut?

14 Desember 2018 13:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang perempuan tua sedang menyirih. (Foto: Riedoak via wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang perempuan tua sedang menyirih. (Foto: Riedoak via wikimedia commons)
ADVERTISEMENT
Selain merokok dan minum alkohol, mengunyah sirih ternyata juga merupakan salah satu faktor risiko penyebab kanker mulut.
ADVERTISEMENT
Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia, drg. Rahmi Amtha, MDS, Sp.PM, PhD, mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh pinang yang juga digunakan sebagai bahan kunyahan sirih.
"Sirihnya tidak menyebabkan kanker, karena sirih bagus bersifat antiseptik. Yang mengandung bahan karsinogenik adalah pinangnya, yang biasa dipakai bersamaan dengan kunyahan sirih," tutur Rahmi di acara temu media bertajuk ‘Cegah Kematian Akibat Kanker Rongga Mulut Dengan Deteksi Dini Lesi Pra Kanker’ di Jakarta, Kamis (13/12).
"Tahun 2003 WHO sudah menetapkan dia (pinang) mengandung empat zat karsinogenik, namanya arecoline, arecaidine, guvacine, dan guvacoline," tambah dia.
Biji Pinang (Foto: AFP/AIWAN-CULTURE-HEALTH-FARMING-BETELNUT-ADDICTION/MICHELLE YUN)
zoom-in-whitePerbesar
Biji Pinang (Foto: AFP/AIWAN-CULTURE-HEALTH-FARMING-BETELNUT-ADDICTION/MICHELLE YUN)
Rahmi menjelaskan bahwa riset WHO itu memantau orang yang punya kebiasaan mengunyah pinang di berbagai negara. Tim Riset WHO menemukan bahwa orang dengan kebiasaan tersebut punya kecenderungan tinggi untuk mengalami kanker mulut.
ADVERTISEMENT
Ia juga memaparkan bahwa komposisi menyirih itu berbeda-beda di setiap negara. Indonesia, Rahmi mengatakan, punya komposisi menyirih mirip dengan India, Malaysia, Singapura, Pakistan, dan Bangladesh, yaitu menggunakan pinang tua.
drg. Rahmi Amtha, MDS, Sp.PM, PhD, Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia. (Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
drg. Rahmi Amtha, MDS, Sp.PM, PhD, Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia. (Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa/kumparan)
Rahmi mengatakan dari hasil studinya di Jakarta, sangat sedikit orang yang melakukan kegiatan menyirih ini. Tapi di Indonesia timur, misalnya Provinsi Nusa Tenggara Timur, kebiasaan itu masih terus berlanjut.
"Mereka kalau tidak nyirih itu kesehariannya akan merasa lemas. Karena efek sinergistik dari alkaloid yang masuk ke dalam tubuh membuat dia lebih fit," beber Rahmi.