Kenapa Orang Berbohong?

4 Oktober 2018 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ratna Sarumpaet memberikan klarifikasi terkait pemberitaan penganiyaan terhadap dirinya di Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
zoom-in-whitePerbesar
Ratna Sarumpaet memberikan klarifikasi terkait pemberitaan penganiyaan terhadap dirinya di Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suka atau tidak suka, harus diakui bahwa masing-masing dari kita pernah melakukan kebohongan, baik bohong kecil maupun bohong yang bisa menyebabkan kehebohan luar biasa seperti yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet. Bahkan ada sebuah riset di 2014 yang menemukan bahwa rata-rata orang berbohong 10 kali dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
Namun apa alasan kenapa kita berbohong?
Menurut Paul Seager, pengajar senior bidang psikologi tipuan, salah satu alasan kenapa orang berbohong adalah untuk menjaga agar hubungan sosial tetap terjaga dengan baik.
"Agar kehidupan sosial tetap berjalan lancar, kita harus white lies. Jika pasangan Anda datang ke rumah dengan karya seninya dan berkata, 'Apa pendapatmu tentang ini,', hal itu menunjukkan bahwa mereka menginginkan dukungan. Jadi tak peduli Anda suka atau tidak, Anda harus bilang itu bagus," katanya dikutip dari Thr Telegraph.
Ia juga menambakan bahwa terkadang manusia berbohong untuk melindungi dirinya, orang lain, dan juga untuk membesarkan egonya.
"Ada orang-orang yang berbohong karena mereka mendapat dorongan untuk membuat orang lain menangis, hal itu membuat mereka merasa memiliki kekuatan," jelas Seager.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, psikiater asal Inggris Cosmo Hallstrom mengatakan bahwa perilaku berbohong tanpa henti bisa menjadi tanda adanya gangguan kepribadian, seperti psikopati, sosiopati atau gangguan kepribadian ambang.
"Beberapa orang hidup di dunia fantasi dan sama sekali tidak mengatakan kebenaran. Mereka orang-orang yang karena mengalami gangguan fungsi di psikologinya merasa harus hidup dalam sebuah eksistensi palsu," ujar Hallstrom kepada Telegraph.
"Psikopat, misalnya, mereka tidak memiliki rasa bersalah atau hati nurani. Mereka fokus pada keuntungan jangka pendek, mereka hidup sesuka hati tanpa memikirkan konsekuensi tindakan mereka," tambahnya.
Ilustrasi Psikopat (Foto: fi.wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Psikopat (Foto: fi.wikipedia.org)
Dijelaskan bahwa salah satu bentuk penyakit berbohong adalah Sindrom Munchhausen, suatu kondisi di mana ada orang yang berusaha meyakinkan dokternya bahwa mereka memiliki suatu kondisi medis yang serius.
ADVERTISEMENT
"Setiap dokter pernah bertemu dengan orang-orang seperti itu. Mereka menjadi pusat perhatian selama beberapa saat karena mereka memiliki kondisi kesehatan yang tidak bisa dipahami orang-orang," kata Hallstrom.
"Mereka pergi ke rumah sakit dan kadang-kadang mencampur darah dengan urine lalu kemudian mengatakan ke dokternya bahwa mereka mengalami pendarahan di kandung kemihnya. Kebohongan yang mereka buat sering semakin fantastis," tambahnya lagi.
Pinokio si Tukang Bohong (Ilustrasi). (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pinokio si Tukang Bohong (Ilustrasi). (Foto: Pixabay)
Dijelaskan bahwa orang dengan kondisi tersebut berbohong dengan berlebihan untuk membuat diri mereka terlihat penting, tapi ada alasan lain yaitu mereka kesulitan untuk menerima kenyataan serta kesulitan kehidupan mereka.
Hallstrom mengatakan bahwa kondisi tersebut sangat sulit untuk diobati dan disembuhkan.
"Ahli terapi mungkin bisa membantu, tapi hal itu sangat sulit karena apa yang mereka lakukan pertama kali adalah berbohong ke ahli terapinya," kata Hallstrom.
ADVERTISEMENT