Ketika NASA Harus Memilih Bulan Terbesar Saturnus atau Sebuah Komet

22 Desember 2017 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komet 67P dan Titan (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Komet 67P dan Titan (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
NASA baru saja mengumumkan dua finalis bagi misi eksplorasi Bima Saktinya yang bernama New Frontiers-4 setelah mereka menerima 12 proposal terkait lokasi dan jenis eksplorasi yang akan dilakukan.
ADVERTISEMENT
Setelah proses seleksi, akhirnya NASA memutuskan untuk memilih antara misi eksplorasi Titan, bulan dari Saturnus, atau mengambil sampel dari Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko.
Dilansir Science Alert, dua proposal yang harus bersaing memperebutkan kursi New Frontier-4 itu adalah Dragonfly yang ingin mengeksplorasi Titan dan CAESAR yang ingin mengambil sampel batuan dari Komet 67P.
Pemenang misi New Frontier-4 itu rencananya akan diumumkan pada tahun 2019. Pemenangnya juga akan mendapat pembiayaan sebesar 850 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 11,5 triliun dari NASA dan akan diberangkatkan pada tahun 2025 nanti.
Proposal Dragonfly
Pertama adalah proposal bernama Dragonfly. Proposal ini diajukan oleh Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory. Dragonfly berencana untuk menyelidiki keadaan Titan dengan menggunakan robot penjelajah yang berbentuk seperti helikopter tanpa awak.
ADVERTISEMENT
Helikopter tersebut akan dilengkapi dengan instrumen yang mampu mengidentifikasi molekul organik dan juga memiliki kemampuan untuk terbang ke banyak lokasi berbeda di permukaan Titan.
Titan, bulan yang mengitari Satturnus (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Titan, bulan yang mengitari Satturnus (Foto: Wikimedia Commons)
Para peneliti berharap Dragonfly dapat menemukan tanda-tanda kehidupan di Titan. Sebelumnya satelit alami terbesar Saturnus ini telah diketahui memiliki atmosfer yang tebal dan danau serta sungai dari metana cair. Peneliti menduga ada lautan yang tersembunyi di balik kerak permukaan Titan.
"Lingkungannya telah kita ketahui memiliki matetrial-material (yang mendukung) untuk adanya kehidupan," kata Elizabeth Turtle, peneliti di John Hopkins University bagian Applied Physics Laboratory.
Proposal CAESAR
Yang kedua adalah proposal CAESAR, singkatan dari Comet Astrobiology Exploration Sample Return. Proposal yang diajukan oleh Steve Squyres dari Cornell University itu ingin menyelidiki batuan di Komet 67P dan mengirimkan sampel batuan dari komet itu ke Bumi.
ADVERTISEMENT
"Komet adalah salah satu dari objek sains penting di tata surya kita, tetapi mereka termasuk dalam bagian yang tak banyak dipahami," kata Squyres.
Para peneliti mempercayai bahwa komet membantu membawa air dan molekul organik ke Bumi muda, dan berpotensi sebagai salah satu kontributor kehidupan di Bumi.
Komet 67P  (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Komet 67P (Foto: Wikimedia Commons)
Sekarang dua proposal tersebut sedang dipelajari dan diperdalam lebih lanjut oleh masing-masing tim yang mengajukannya. Mereka memiliki waktu kurang lebih satu tahun dan telah mendapat pembiayaan sebesar 4 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 54,4 miliar untuk mengembangkan konsep proposal mereka.
Proposal manapun yang NASA pilih akan membantu kita mempelajari lebih dalam lagi sudut tata surya kita. Bahkan, mungkin juga akan membantu kita untuk menguak fakta adanya kehidupan ataupun potensi kehiduan di luar Bumi.
ADVERTISEMENT