Kisah Benedicte, Bayi Ajaib yang Berhasil Selamat dari Virus Ebola

18 Desember 2018 7:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Virus Ebola (Foto: Manjurul Haque / EyeEm)
zoom-in-whitePerbesar
Virus Ebola (Foto: Manjurul Haque / EyeEm)
ADVERTISEMENT
Pada Agustus 2018 pemerintah Republik Demokratik Kongo menyatakan wabah Ebola telah melanda negaranya.
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan Kongo mengatakan saat ini telah ada 467 kasus Ebola yang terkonfirmasi dan 255 orang di antaranya yang terjangkit virus ini telah meninggal dunia.
Di tengah wabah penyakit mematikan tersebut, seorang bayi yang diberi nama Benedicte lahir. Segera setelah kelahirannya, Benedicte diberi julukan ‘keajaiban kecil’. Hal ini karena Benedicte berhasil menjadi penyintas Ebola termuda.
Menteri Kesehatan Kongo mengatakan ibu dari Benedicte meninggal dunia karena Ebola. Benedicte sendiri langsung dimasukkan ke pusat perawatan Ebola enam hari setelah ia dilahirkan dan saat ini ia telah sembuh sehingga bisa dianggap sebagai seorang penyintas.
Setelah keluar dari pusat perawatan Ebola pada Rabu ( 12/12), Benedicte dibawa oleh ayah dan bibinya.
“Ini anak pertama saya,” kata Thomas, ayah dari Benedicte, dilansir The New York Post. “Saya benar-benar tidak ingin kehilangan dia. Ia adalah harapan saya.”
Perawat dan Benedicte 'Si Keajaiban Kecil' di Beni, Republik Demokratik Kongo. (Foto: Guy Hubbard/UNICEF via Associated Press)
zoom-in-whitePerbesar
Perawat dan Benedicte 'Si Keajaiban Kecil' di Beni, Republik Demokratik Kongo. (Foto: Guy Hubbard/UNICEF via Associated Press)
Menurut WHO, penyakit virus Ebola (Ebola virus disease/EVD) adalah penyakit berbahaya dan dapat menyebabkan kematian bila tidak segera diobati. Orang-orang yang terkena Ebola akan mengalami demam, nyeri otot, sakit kepala, dan sakit tenggorokan.
ADVERTISEMENT
Setelah tanda-tanda pertama itu muncul, penderitanya kemudian akan mengalami muntah, diare, ruam, gagal ginjal dan hati, bahkan hingga terjadi pendarahan internal maupun eksternal, seperti keluarnya darah dari gusi atau bersama kotoran.
UNICEF mengatakan, dalam kasus wabah Ebola paling mematikan kedua di dunia ini, lebih dari sepertiga korbannya adalah anak-anak. Satu dari 10 kasus Ebola di Kongo ini ditemukan pada anak-anak berusia di bawah lima tahun. Anak-anak yang terkena demam hemoragik akibat virus ini memiliki risiko kematian lebih besar dari dewasa.
Petugas Medecins Sans Frontieres (MSF) berbicara dengan seorang pekerja di fasilitas isolasi, siap untuk menerima pasien yang terkena Ebola. (Foto: Reuters/Kenny Katombe)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Medecins Sans Frontieres (MSF) berbicara dengan seorang pekerja di fasilitas isolasi, siap untuk menerima pasien yang terkena Ebola. (Foto: Reuters/Kenny Katombe)
Beberapa kasus Ebola dilaporkan telah terjadi pada bayi. Peneliti mencurigai adanya kemungkinan penularan melalui ASI dan saat melakukan kontak jarak dekat dengan orang tua mereka yang terjangkit Ebola.
Ebola bukan hanya menjadi masalah bagi anak-anak yang terkena virus ini, tetapi juga bagi anak-anak yang orang tuanya meninggal akibat Ebola. Setidaknya sudah ada 400 anak yang menjadi yatim piatu atau tidak terurus karena orang tuanya terjangkit Ebola.
ADVERTISEMENT
Di Kongo sendiri, ada sebuah taman kanak-kanak yang dibangun di dekat pusat perawatan Ebola di Beni sebagai tempat untuk merawat anak-anak yang orang tuanya sedang dirawat karena Ebola.