Kisah Kesuksesan Cile dalam Upaya Mitigasi Gempa dan Tsunami

8 Oktober 2018 18:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kota Valparaiso, Cile. (Foto: Instagram/@@asiesvalparaiso)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Valparaiso, Cile. (Foto: Instagram/@@asiesvalparaiso)
ADVERTISEMENT
Senasib dengan Indonesia, Cile juga merupakan salah satu negara langganan gempa bumi. Namun ketika Cile diguncang gempa 8,3 magnitudo serta tsunami setinggi empat meter pada 2015 lalu, 'hanya' 13 orang saja yang meninggal.
ADVERTISEMENT
Padahal sebelumnya pada 2010 lalu, gempa berkekuatan 8,8 magnitudo dan tsunami di Cile pernah menewaskan 525 orang. Kira-kira 'sihir' apa yang digunakan pemerintah Cile sehingga mampu menekan jumlah korban jiwa akibat bencana gempa dan tsunami?
Menurut laporan The Guardian, 'sihir' itu adalah usaha mitigasi seperti latihan evakuasi dan memperketat aturan izin mendirikan bangunan. Upaya-upaya tersebutlah yang berhasil menekan jumlah korban hingga sangat rendah untuk ukuran gempa 8,3 Magnitudo.
"Kami memiliki sebuah rencana bernama 'Chile Prepares' yang bagian paling penting di dalamnya adalah latihan evakuasi. Setiap tahun kami setidaknya minimal melakukan enam atau tujuh kali latihan evakuasi di seluruh daerah," ujar Ricardo Toro, kepala badan penanggulangan bencana Cile, ONEMI (Oficina Nacional de Emergencia del Ministerio del Interior), kepada The Guardian.
ADVERTISEMENT
Itu artinya dua bulan sekali masyarakat Cile telah dilatih untuk menghadapi gempa dan tsunami. Mereka benar-benar telah dipersiapkan untuk sigap dan tanggap dalam menghadapi guncangan lindu maupun peringatan tsunami.
Pada kasus gempa bumi 2015, dijelaskan bahwa sistem peringatan tsunami langsung bekerja, mengeluarkan suara sirene di daerah kota Coquimbo dan juga daerah pantainya, dengan tujuan masyarakat segera melakukan evakuasi. Kemudian muncul konvoi ambulans, petugas pemadam kebakaran, dan polisi untuk membantu proses evakuasi.
Selain itu, ponsel warga juga menerima notifikasi agar menjauhi daerah pantai terdampak gempa yang memiliki risiko tsunami. Di samping itu, aturan ketat untuk mendirikan bangunan di Cile juga turut membantu menekan jumlah korban akibat gempa bumi.
Di Cile, semua bangunan yang baru didirikan harus bisa tahan menghadapi gempa 9,0 magnitudio. Dalam aturan baru disyaratkan bahwa saat gempa terjadi, bangunan-bangunan bisa retak atau miring, tapi tidak boleh runtuh. Hasilnya, saat gempa 8,3 magnitudo melanda Cile pada 2015 lalu, tidak ada bangunan bertingkat yang roboh.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Relief Web, dalam aturan mendirikan bangunan terbaru di Cile setelah tahun 2010, bangunan di sana disyaratkan harus memiliki kolom yang kuat dan tiang yang lentur. Hal itu bertujuan agar bangunan bisa mengayun mengikuti guncangan gempa dan tidak runtuh.
Pesantren rusak akibat gempa (Foto: Antara/Irwansyah Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Pesantren rusak akibat gempa (Foto: Antara/Irwansyah Putra)
Selain menerapkan aturan mendirikan bangunan yang ketat, Cile juga melakukan investasi dengan membangun jaringan pendeteksi aktivitas seismik dan dua stasiun DART (Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamis). Stasiun DART ini bisa mendeteksi perubahan tekanan di bawah air dan memberikan peringatan tsunami.
Lalu ada juga cara unik otoritas Cile dalam mengajak masyarakat setempat untuk tetap waspada terhadap gempa. Di Cile, ada minuman lokal yang diberi nama Terremoto atau gempa bumi dalam bahasa Spanyol, dan ada minuman lain yang diberi nama Replica atau gempa susulan. Harapannya adalah mereka selalu ingat bahwa negaranya merupakan daerah yang rawan gempa.
Jalan yang rusak setelah gempa melanda pulau Chiloe, bagian selatan Chile. (Foto: REUTERS/Stringer)
zoom-in-whitePerbesar
Jalan yang rusak setelah gempa melanda pulau Chiloe, bagian selatan Chile. (Foto: REUTERS/Stringer)
Namun demikian, New York Times melaporkan ada faktor lain yang menyebabkan rendahnya korban jiwa akibat gempa 8,3 magnitudo di Cile pada 2015 lalu. Dijelaskan bahwa gempa 2015 tidak sekuat gempa pada 2010, yang merupakan salah satu yang terkuat di dunia. Selain itu, lokasi terjadinya gempa juga mempengaruhi jumlah korban.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Christophe Schmachtel, salah satu staf PBB, mengatakan bahwa Cile telah sukses menjadi contoh dalam hal persiapan menghadapi dan mitigasi gempa. "Dalam pertemuan global membahas persiapan gempa bumi, Cile telah menjadi contoh," kata Schmachtel.
Kesuksesan Cile dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi gempa dan tsunami inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa gempa dan tsunami di sana tidak menimbulkan korban sebanyak di Lombok dan Palu, Indonesia.