Kisah Monyet Grady dan Harapan Manusia Sembuhkan Mandul karena Kanker

25 Maret 2019 11:06 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Monyet Grady saat berusia dua bulan. Foto: Oregon Health and Science University
zoom-in-whitePerbesar
Monyet Grady saat berusia dua bulan. Foto: Oregon Health and Science University
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya, sperma yang diambil dari sampel jaringan testis beku telah berhasil digunakan untuk melahirkan bayi monyet bernama Grady. Kehadiran Grady punya cerita sangat berarti bagi manusia untuk mengatasi kemandulan pada laki-laki yang menjalani kemoterapi untuk melawan kanker.
ADVERTISEMENT
Menurut tim peneliti dari Fakultas Kedokteran, Pittsburgh University, Amerika Serikat (AS), keberhasilan ini akan memiliki implikasi besar bagi pria muda yang menjalani pengobatan untuk kanker.
Pada umumnya, proses kemoterapi memengaruhi kemampuan kesuburan para pria; untuk menghasilkan sperma, maka jaringan testis mereka mesti dibekukan terlebih dahulu guna mempertahankannya jika sewaktu-waktu mereka menginginkan anak.
Di sisi lain, pembekuan testis juga dapat dilakukan jika penderita kanker ialah anak laki-laki yang belum melewati masa pubertas. Dalam kasus ini, kemoterapi (pencegahan dan penyembuhan terhadap suatu penyakit dengan memasukkan bahan kimia ke dalam tubuh) atau terapi radiasi dapat membunuh sel-sel yang dibutuhkan demi berkembang biak; menyebabkan infertilitas permanen.
Ilustrasi Anak dengan Kanker Foto: Pixabay
Lantas, ketika perubahan hormon mulai meningkatkan testosteron, yang memulai sel-sel induk di testis untuk mulai memproduksi sperma, testis yang dibekukan akan ditanamkan lagi untuk memungkinkan kesuburan.
ADVERTISEMENT
"Penyintas (orang yang mampu bertahan hidup dari) kanker memberi tahu kami bahwa status kesuburan mereka memiliki dampak yang sangat penting untuk kualitas hidup," tutur penulis penelitian Kyle Orwig, profesor ilmu kebidanan, ginekologi dan reproduksi. "Kemajuan ini merupakan langkah penting demi menawarkan pasien kanker muda di seluruh dunia supaya berkesempatan memiliki keluarga di masa depan," imbuhnya.
Sebagaimana dilansir IFL Science, lebih dari 300.000 anak didiagnosis menderita kanker di seluruh dunia setiap tahun, dengan hampir 11.000 di antaranya bermukim di AS. Tingkat kelangsungan hidup setelah melewati kanker pada saat ini lebih dari 80 persen, sehingga kebutuhan akan bantuan mengembalikan kesuburan tentunya turut meningkat.
Sekarang telah hadir klinik dan pusat kesuburan yang sudah menjaga jaringan beku dari testis sebelum anak-anak memulai pengobatan kanker, dengan harapan suatu hari nanti para ilmuwan akan berhasil menemukan cara untuk menggunakannya demi menghasilkan sperma yang layak.
Ilustrasi sperma. Foto: pixabay
Jadi, dengan keberhasilan Grady, para peneliti telah menunjukkan hal itu berpeluang untuk dilakukan. Meskipun baru pada primata, ini dinilai sebagai langkah besar.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian tersebut, para peneliti dari Pittsburgh University merawat monyet yang selamat dari kanker. Sebelum memulai kemoterapi, mereka mengangkat testisnya dengan metode cryopreserved (pembekuan dan penyimpanan) jaringan.
Setelah kemoterapi, ketika monyet mendekati pubertas, testis lainnya dikeluarkan dan sampel beku (yang dicairkan kembali) dicangkokkan ke kulit monyet asli (bersama dengan jaringan transplantasi dari testis yang baru saja dilepas).
Ilustrasi monyet. Foto: Pixabay
Kemudian, ketika monyet memasuki masa pubertas, kadar testosteronnya secara alamiah akan meningkat dan kondisi ini memungkinkan jaringan yang dicangkokkan menjadi matang serta mulai memproduksi sperma.
"Dengan kelahiran Grady, kami sukses menunjukkan bukti prinsip bahwa kami berhasil melaksanakan cryopreserve jaringan testis pra-pubertas dan kemudian menggunakannya untuk mengembalikan kesuburan saat dewasa," ucap Adetunji Fayomi, penulis dari penelitian tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelum dapat diuji pada manusia, para ilmuwan akan melaksanakan uji klinis lantaran Grady perlu diteliti lebih lanjut untuk melihat bagaimana kondisinya ketika tumbuh dewasa. Walau masih jauh untuk dapat diterapkan pada manusia, ini merupakan langkah inovatif pertama yang memberikan harapan besar bagi manusia untuk mengatasi kemandulan pasca menjalani kemoterapi.