Kisah Pohon Paling Kesepian di Dunia dalam Merekam Sejarah Manusia

21 Februari 2018 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pohon. (Foto: mbll/Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pohon. (Foto: mbll/Pixabay)
ADVERTISEMENT
Di atas Pulau Campbell yang terletak 640 kilometer sebelah selatan Selandia Baru, berdiri sebatang pohon cemara dari jenis Picea sitehensis yang sering disebut sebagai pohon paling kesepian di dunia karena berjarak 275 kilometer dari pohon lainnya.
ADVERTISEMENT
Ditanam pada awal abad ke-20 oleh Lord Ranfurly, gubernur kolonial Selandia Baru, kayu dari pohon tersebut telah merekam radiokarbon, penanda waktu, yang diproduksi saat uji coba bom atom terjadi. Dan lapisan tahunan tersebut menunjukkan puncaknya pada tahun 1965, ketika uji coba bom atom akhirnya dilarang.
Hal ini membuat pohon tersebut dapat menunjukkan pada kita garis awal dari era manusia modern atau Antroposen (Anthropocene). Antroposen sendiri adalah salah satu dari skala waktu geologi yang menunjukkan masa-masa ketika aktivitas manusia memiliki pengaruh global pada Bumi.
Mengapa Tahun 1965?
Tahun 1960-an adalah sebuah dekade yang diasosiasikan dengan kelahiran kepedulian lingkungan modern, sebuah era di mana pendaratan Apollo di Bulan memberikan sebuah gambar ikonik atas planet biru kita yang sangat rapuh.
ADVERTISEMENT
Era ini juga merupakan waktu ketika dunia dengan cepat melakukan globalisasi, dengan pertumbuhan pesat industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi yang kemudian membawa ekspansi populasi disertai dengan peningkatan masif dari dampak yang kita, manusia, berikan pada lingkungan.
Antroposen, Era Manusia Modern
Konsep dari sebuah masa geologi yang didominasi manusia telah ada sejak abad ke-19. Namun ide bahwa kitalah yang menyebabkan Antroposen terjadi mulai menjadi lebih populer baru-baru ini dalam menghadapi perubahan global jangka panjang terhadap lingkungan di bumi ini.
Meski umat manusia telah lama memberikan pengaruh pada planet pada tingkat lokal maupun kontinental, skala perubahan modern sangatlah besar.
Hal itu menyebabkan para ahli geologi mempertimbangkannya sebagai bukti yang bisa menjadikan Antroposen secara resmi masuk dalam skala waktu geologi.
ADVERTISEMENT
Para ahli geologi pun mengajak komunitas sains untuk menemukan sebuah tanda di lingkungan untuk menjadi "golden spike" yang menggambarkan perubahan krusial ini.
Salah satu cara yang paling mudah untuk menemukan tanda dari awal era baru ini adalah dengan menemukan elemen radioaktif yang tercipta saat percobaan bom atom yang kebanyakan terjadi pada puncak perang dingin di tahun 1960-an.
Ilustrasi ledakan nuklir (Foto: Giphy)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ledakan nuklir (Foto: Giphy)
Studi Baru Ini Bantu Tentukan Awal Mula Antroposen
Yang selama ini menjadi masalah adalah, dari sudut pandang ahli geologi, sebagian besar data rekaman elemen radioaktif tersebut berasal dari belahan Bumi utara.
Sementara untuk memperlihatkan pengaruh global manusia, diperlukan data dari seluruh belahan Bumi lainnya, dan data itu harus memiliki umur yang sama dengan data dari belahan Bumi utara.
ADVERTISEMENT
Dari sinilah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports membantu.
Studi yang dipimpin oleh Chris Turney, peneliti dari University of New South Wales, Australia, berhasil mengidetifikasikan sebuah elemen radioaktif yang tersimpan pada sebuah pohon di Pulau Campbell.
Ia dan timnya mengambil sampel di pulau tersebut saat melakukan Australasian Antarctic Expedition 2013-2014. Hal itu dilakukan untuk bisa mendapatkan data skala perubahan lingkungan di tempat yang sangat terpencil itu.
Sampel pun diambil dari pohon cemara jenis Picea sitehensis yang biasanya tumbuh pada bagian pantai barat Amerika Utara, dari Alaska hingga California. Pohon tersebut berada di bagian selatan Bumi karena manusia menanamnya di sana.
Dari hasil analisis data pertumbuhan pohon tiap tahunnya, terlihat bahwa puncak elemen radioaktif terjadi antara Oktober hingga Desember 1965, suatu hal yang sejalan dengan data dari Bumi bagian utara.
ADVERTISEMENT
Pohon cemara ini mendemonstrasikan secara tegas bahwa manusia telah meninggalkan sebuah dampak perubahan pada planet, bahkan pada suatu lokasi lingkungan yang sangat jauh dari jangkauan manusia.
Tak hanya itu, dampak tersebut dapat tersimpan dalam skala waktu geologi selama beberapa milenium selanjutnya.
Riset ini bisa menjadi dasar penetapan mulainya era manusia modern pada 1965, berdasarkan temuan elemen radioaktif pada sebuah pohon yang berada di salah satu tempat paling terpencil di dunia.