Kisah Seorang Pria yang Bekerja Sebagai Pendonor Sperma

23 Mei 2019 3:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sperma. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sperma. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang pria di California, Amerika Serikat, punya pekerjaan unik. Ia bekerja sebagai pendonor sperma. Dari pekerjaannya itu, setiap bulan ia mendapat gaji sekitar 1.000 dolar AS atau sekitar Rp 14,5 juta.
ADVERTISEMENT
John Carpantier, nama pria itu, mengisahkan bahwa enam tahun lalu ia bekerja sebagai pendonor sperma di California Utara. Carpantier bercerita bahwa pekerjaan unik itu ia lakukan ketika dirinya masih kuliah.
"Waktu itu saya masih kuliah di universitas terbuka. Saya bekerja di kedai kopi dan hanya mendapatkan upah minimum. Saat mencari pekerjaan lain saya melihat iklan ini," kata Carpantier, dalam wawancara dengan Vox. "Awalnya saya agak skeptis, tapi suatu hari saya mengirimkan surat lamaran."
Pria yang kini berusia 30 tahun itu menjelaskan bahwa ada beberapa syarat yang harus ia penuhi sebelum mulai bekerja. Ia harus melewati sebuah tes panjang dan diminta menghubungi keluarganya untuk membuktikan bahwa ia tidak memiliki masalah genetik. Selanjutnya, ia bisa memulai mendonasikan spermanya.
ADVERTISEMENT
"Mereka ingin mengetahui segala sesuatu tentang diri saya. Mereka meminta saya menceritakan sejarah kesehatan saya dan keluarga," tuturnya.
"Saya awalnya nyaris gagal karena latar belakang pendidikan. Mereka mencari orang-orang dengan gelar pendidikan sarjana. Tapi saya bilang bahwa saya juga akan mengambil gelar itu setelah menyelesaikan pendidikan saya sekarang," lanjut Carpantier.
Ilustrasi sel telur wanita. Foto: Shutterstock
Carpantier mengatakan dirinya mendapat sebuah kontrak 12 bulan. Ia mendapat sebuah jadwal kerja, yakni dirinya diminta untuk datang ke klinik dua kali dalam seminggu. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa ada larangan berhubungan seks sebelum memberikan spermanya.
"Anda harus menghindari aktivitas seksual dua hari sebelum mendonorkan sperma untuk memastikan jumlah sperma Anda cukup tinggi. Tiap sesi Anda akan mendapat 100 dolar AS, jadi Anda bisa mendapat sekitar 800 dolar AS sampai 1.000 dolar AS per bulannya," jelas Carpantier.
ADVERTISEMENT
Carpantier mengaku bahwa ia melakukan hal ini selama satu tahun dan ini tak terasa seperti sebuah pekerjaan.
Tak dapat uang
Tidak semua sperma Carpantier diterima kaena ada kemungkinan sperma yang ia donasikan ditolak dan ia tidak mendapat uang.
"Kalau Anda datang dan jumlah sperma yang Anda berikan tidak cukup tinggi, mereka tidak akan membayar Anda. Ini seperti gaji yang hilang," ujarnya. "Jika Anda melakukan hubungan seks sehari sebelumnya, kadang-kadang ini bisa terjadi," tambah Carpantier.
Ilustrasi berhubungan seks atau bercinta. Foto: Shutterstock
Mengganggu kehidupan seks
Carpantier menjelaskan bahwa saat masih bekerja sebagai pendonor sperma ia punya jadwal menyumbangkannya setiap hari Selasa dan Jumat. Ini membuatnya tidak bisa melakukan seks pada hari Minggu dan Senin.
Hal ini membuat hubungannya dengan istrinya bermasalah. Terlebih, menurut Carpantier, ia memiliki libido yang rendah. "Itu membuat ada kerenggangan pada hubungan kami," kata Carpantier.
ADVERTISEMENT
Berhenti mendonor
Sesuai kontraknya, setelah satu tahun Carpantier berhenti bekerja sebagai pendonor sperma. Ada bonus di akhir yang klinik berikan karena ia mendonor selama satu tahun.
Jika ada kesempatan, Carpantier mengaku ingin melakukannya lagi. Tapi, ia menambahkan, sangat sedikit kesempatan untuk mendapat pekerjaan ini. Proses pendaftaran juga cukup rumit. Ada banyak pertanyaan yang harus dijawab saat diuji, dan jika salah menjawab, maka itu membuat dirinya didiskualifikasi.
Carpantier merekomendasikan orang lain untuk melakoni pekerjaan unik ini. Bekerja sebagai pendonor sperma membuat Anda punya kisah lucu dan mungkin beberapa tahun kemudian Anda bisa mendapat telepon dari anak Anda yang belum sempat Anda lihat.