Koko, Gorila yang Bisa Bahasa Isyarat Manusia, Mati

22 Juni 2018 6:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dr. Penny Patterson dan Koko si Gorila (Foto: The Gorilla Foundation)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Penny Patterson dan Koko si Gorila (Foto: The Gorilla Foundation)
ADVERTISEMENT
Koko, gorila yang terkenal mampu memahami bahasa manusia dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat, dilaporkan oleh IFL Science mati pada usia 46 tahun. Menurut pernyataan The Gorilla Foundation, Koko mati dengan tenang dalam tidurnya pada 19 Juni 2018.
ADVERTISEMENT
"Koko telah menyentuh hidup dari jutaan makhluk hidup sebagai duta besar dari seluruh gorila dan juga sebagai ikon komunikasi serta empati antar spesies," tulis pernyataan tersebut.
"Ia akan terus dicintai dan akan sangat dirindukan."
Teman Robin Williams
Koko pernah mengisi halaman depan National Geographic selama dua kali. Ia juga terkenal sebagai kawan dari aktor ternama Robin Williams dan telah berkontribusi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dengan kemampuan uniknya untuk berkomunikasi dalam bahasa isyarat manusia.
Ia juga terkenal sebagai gorila yang bisa "bicara" dan menjadi ikon bagi usaha konservasi spesies serta alam liar.
Lahir 4 Juli 1971
Kisah Koko dimulai pada 1971 ketika seekor gorila betina di San Francisco Zoo menolak mengasuh bayi yang dilahirkannya. Hal ini kemudian memberikan kesempatan unik bagi Penny Patterson, peneliti dari Stanford University, untuk mempelajari apakah gorila bisa diajarkan berbicara atau berkomunikasi.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun setelahnya, Patterson mengklaim bahwa gorila yang lahir pada 4 Juli 1971 itu dapat memahami dan menggunakan lebih dari 1.000 kata berbeda dalam bahasa isyarat Amerika.
Setelah itu, empat dekade selanjutnya, Patterson tak hanya mengurusi dan mengajari Koko, ia juga menjadi ibu, teman, serta penerjemahnya.
Patterson juga mengklaim bahwa Koko akan bisa berbicara di masa depan, bersenandung, bercanda, dan bisa berbohong. Namun komunitas sains masih memandang hal tersebut dengan kritis. Hal ini karena dekatnya hubungan Patterson dengan Koko, dan juga Patterson sangatlah protektif terhadap Koko sehingga menolak peneliti independen untuk mempelajari Koko.
Terlepas dari kontroversi ini, Koko tetap menjadi pusat perhatian dunia. Salah satu hal penting yang kita pelajari dari Koko adalah hewan, khususnya gorila, memiliki kepintaran, kesadaran, dan juga emosi sebagai individual.
ADVERTISEMENT
Contoh paling nyata mengenai emosi pada gorila adalah kecintaan Koko dalam merawat dan menyanyangi anak-anak kucing “peliharaan”-nya.
Kepergian Koko memang telah membuat kita kehilangan salah satu ikon dari alam. Namun bukan berarti usaha perlindungan, konservasi, dan mempelajari hewan seperti Koko akan berhenti.
"Yayasan kami akan terus bekerja menghormati peninggalan Koko dan terus membantu kemajuan misi konservasi di Afrika, cagar budaya kera raksasa di Maui, dan pemanfaatan bahasa isyarat bagi gorila serta anak-anak," jelas yayasan tersebut.
Selamat tinggal Koko, sumbanganmu pada ilmu pengetahuan dan upaya konservasi alam akan terus dikenang dan dilanjutkan.