Kontroversi Plastik Biodegradable yang Utuh Setelah Terkubur 3 Tahun

6 Mei 2019 10:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantong plastik biodegradable. Foto: Lloyd Russell/University of Plymouth
zoom-in-whitePerbesar
Kantong plastik biodegradable. Foto: Lloyd Russell/University of Plymouth
ADVERTISEMENT
Pada 2015 lalu, Richard Thompson, seorang ahli biologi kelautan Inggris, bersama mahasiswa pascasarjana dari University of Plymouth, melakukan serangkaian penelitian terhadap kantong plastik berlabel biodegradable yang diklaim mudah terurai. Plastik jenis ini sering ditemukan di swalayan atau pusat perbelanjaan untuk membungkus barang belanjaan.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini punya satu tujuan, membuktikan apakah kedua kantong plastik tersebut mudah terurai secara hayati?
Mereka kemudian menempatkan sejumlah kantong plastik biodegradable itu di sejumlah lokasi. Ada yang dikubur di sebuah taman sekolah, ada pula yang direndam di dalam air laut, dengan kedalaman 3 meter di pelabuhan Plymouth.
Tiga tahun berlalu. Kantong plastik yang terkubur itu digali dan dikeluarkan. Ternyata, plastik-plastik itu tetap utuh. Itu bahkan layak digunakan dan mampu menahan beban hingga 2,2 kilogram.
"Sungguh mengejutkan bagi saya, bahwa setelah tiga tahun Anda masih bisa membawa pulang barang belanjaan di dalamnya," kata Thompson, kepada National Geographic. “Mereka tidak memiliki kekuatan yang sama seperti ketika mereka masih baru, tetapi mereka tidak mengalami degradasi yang berarti."
ADVERTISEMENT
Temuan itu sontak mematahkan klaim tentang plastik biodegradable, termasuk plastik kompos, yang disebut mudah terurai. Dari hasil penelitiannya, Thompson menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun plastik yang dapat membusuk dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun. Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology,
Kantong plastik digunakan di berbagai belahan dunia. Setiap tahunnya, Uni Eropa diperkirakan menggunakan sekitar 100 miliar kantong, dengan penggunaan per kapita tahunan melebihi 450 kantong per tahun di beberapa negara Uni Eropa.
Bendera Uni Eropa. Foto: REUTERS/Francois Lenoir
Saat dunia mencari solusi untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, plastik biodegradable hadir menawarkan janji dengan klaim mudah terurai. Banyak orang yang kemudian beralih menggunakan benda ini. Namun, dalam beberapa kasus, biodegradable tidak semanis janji yang ditawarkan. Artinya, plastik ini tetap menjadi ancaman bagi biota laut dan dapat mencemari lingkungan.
ADVERTISEMENT
Baik Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun Uni Eropa sebenarnya telah menyatakan sikap menentang penggunaan plastik biodegradable. Dalam sebuah laporan pada 2016, PBB menyatakan bahwa plastik yang dapat terbiodegradasi bukanlah jawaban untuk menangani polusi plastik di lautan.
Pada tahun lalu, Uni Eropa juga merekomendasikan pelarangan oxo-biodegradable. Mereka menganggap zat aditif yang dirancang untuk mempercepat pemecahan molekul polimer dapat membahayakan lingkungan, di mana proses tersebut menyebabkan kantong plastik hancur menjadi mikroplastik, dan bisa meningkatkan kekhawatiran pencemaran plastik mikro di lautan dunia.
“Tidak ada bahan ajaib yang dapat rusak dalam waktu singkat di semua lingkungan. Tidak ada,” ujar Ramani Narayan, seorang ahli kimia dan pakar biodegradable di Michigan State University.
Narayan kemudian mengkritisi penelitian Thompson dan University of Plymouth terkait plastik kompos yang disebut juga tidak mudah terurai. Menurutnya, plastik kompos yang digunakan Thompson dalam penelitiannya, sebenarnya tidak dirancang untuk bertahan lama. Peraturan industri AS menyarankan agar plastik kompos dibuang di pembuatan kompos.
ADVERTISEMENT
“Plastik kompos hanya dapat terurai secara alami di lingkungan pengomposan industri dan dimaksudkan dibuang di lingkungan tersebut,” ujar Narayan, dikutip dari National Geographic.
Di sisi lain, produsen terbesar produk oxo-biodegradable di Inggris, Symphony Environmental Technologies, menjelaskan bahwa oxo-biodegradable tidak dimaksudkan terdegradasi di tempat pembuangan sampah atau tenggelam di lautan.
“Sebaliknya, kantong oxo-biodegradable dimaksudkan untuk terurai di tempat terbuka atau permukaan laut. Plastik oxo-biodegradable juga mengandung zat penstabil yang membuat plastik lebih bermanfaat dan tahan sampai 18 bulan,” ujar Michael Stephen, deputy chairman Symphony Environmental Technologies.
Ilustrasi Kantong Plastik Foto: Dok. Papermart
Lebih lanjut, kata Stephen, ketika zat stabilizer telah habis dan produk mencapai akhir dari masa manfaatnya, maka katalis akan mulai menurun. Waktu terjadinya degradasi pada plastik biodegradable juga bervariasi, dalam lingkungan hangat misalnya, plastik akan terurai dalam waktu satu tahun. Dalam lingkungan yang lembab dan dingin, mungkin membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun.
ADVERTISEMENT
Degradasi plastik biodegradable dinilai jauh lebih cepat ketimbang plastik konvensional. Di mana, Stephen beranggapan bahwa plastik konvensional mungkin saja membutuhkan waktu hingga 100 tahun. “Apakah kamu ingin dua tahun atau seratus tahun,” ujarnya.
Thompson dan tim University of Plymouth, menegaskan, penelitian yang dilakukannya tidak boleh disimpulkan sebagai argumen terhadap pengembangan biodegradable atau kompos. Sebaliknya, penelitian ini berpendapat untuk memikirkan kembali produk mana yang paling cocok sebagai biodegradable. “Kita harus menghubungkan produk-produk ini dengan penggunaan yang tepat,” ujarnya.
Di lingkungan stadion sepak bola misalnya, mungkin lebih cocok dengan produk plastik kompos. Wadah pembungkus makanan sekali pakai atau yang masih ada sisa makanannya dapat dikumpulkan di satu tempat, dan limbahnya diproses di pengomposan industri.
ADVERTISEMENT
Thompson menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan produk atau tas belanja yang bisa dipakai berulang kali.