Kru Pesawat Rentan Terkena Kanker

27 Juni 2018 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pramugari. (Foto: Shutter stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pramugari. (Foto: Shutter stock)
ADVERTISEMENT
Berprofesi sebagai kru pesawat terbang memang memberikan kesempatan untuk bisa berpetualang keliling dunia. Namun demikian, menurut suatu studi, ada risiko yang mengintai para kru pesawat, yaitu kanker.
ADVERTISEMENT
Dilansir Live Science, dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Environmental Health, para peneliti menemukan bahwa para kru kabin pesawat terbang memiliki risiko tinggi terkena kanker. Bahkan, jenis kanker yang mungkin menyerang mereka jauh lebih banyak, beberapa di antaranya adalah kanker payudara, serviks, kulit, tiroid, dan juga uterus.
Irina Mordukhovich, pemimpin studi ini, menduga bahwa hal ini dikarenakan para kru kabin sering terpapar oleh banyak karsinogen, zat penyebab kanker, di lingkungan kerja mereka.
Ia menjelaskan bahwa karsinogen, salah satunya, berasal dari radiasi ion kosmik yang jumlah semakin tinggi di ketinggian yang lebih tinggi. Radiasi tersebut merusak DNA dan juga dikenal luas sebagai salah satu penyebab kanker payudara dan kanker kulit non melanoma, jelas Mordukhovich.
Tahi lalat abnormal, gejala kanker kulit. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Tahi lalat abnormal, gejala kanker kulit. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Data dari 5 ribu orang
Dalam studi terbaru ini, para peneliti mempelajari data 5.300 kru kabin dari beberapa maskapai berbeda. Para peneliti kemudian menganalisis data yang didapat dari 5.300 kru kabin ini dengan data 2.700 orang dengan pendapatan dan status pendidikan yang sama dengan para kru kabin namu bukan berprofesi sebagai kru kabin.
Ditemukan bahwa kru kabin perempuan memiliki tingkat terkena kanker 50 persen lebih tinggi dibanding perempuan lainnya. Selain itu ditemukan juga pada mereka tingkat melanoma atau kanker kulit dua kali lipat lebih tinggi dan kanker kulit non melanoma empat kali lebih tinggi.
Ilustrasi pramugari (Foto: commons.wikipedi.org)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pramugari (Foto: commons.wikipedi.org)
Pada para kru kabin pesawat memiliki kebiasaan yang sehat, seperti rendahnya tingkat obesitas dan penggunaan rokok di antara mereka, temuan atas adanya peningkatan risiko terkena kanker tetaplah ada.
ADVERTISEMENT
Sementara pada kru pesawat pria sendiri, ditemukan risiko 50 persen lebih tinggi terkena melanoma dan 10 persen lebih tinggi terkena kanker kulit non melanoma, dibandingkan dengan pria dari populasi umum.
Risiko sering terbang dengan pesawat
Mordukhovich menjelaskan bahwa radiasi ion kosmik bukanlah satu-satunya yang mengancam kesehatan para kru kabin. Ada juga radiasi UV (ultraviolet) yang membuat mereka lebih rentan terkena kanker kulit.
Selain itu pada beberapa studi sebelumnya telah ditemukan bahwa gangguan pada ritme sirkadian, ritme tidur kita, seperti jet lag, juga diduga memiliki hubungan dengan adanya peningkatan risiko kanker. Gangguan ini, sebagaimana juga dilansir Live Science, dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi imun dan metabolisme sel yang kemudian melemahkan mereka dalam melawan tumor.
Jet lag (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Jet lag (Foto: Thinkstock)
Mordukhovich juga menambahkan bahwa kontaminasi zat kimia di kabin, seperti zat yang bocor dari mesin juga bisa mengganggu hormon dan meningkatkan risiko seseorang terkena kanker.
ADVERTISEMENT
Belum banyak riset mengenai tingkat kesehatan kru kabin pesawat, namun diduga risiko kanker yang tinggi tidak hanya dialami oleh mereka. Pilot dan penumpang yang sering terbang menggunakan pesawat memiliki risiko tinggi terkena kanker.
Ilustrasi pilot penerbangan komersial. (Foto: Thinkstock/g-stockstudio)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pilot penerbangan komersial. (Foto: Thinkstock/g-stockstudio)
Dalam suatu studi ditemukan bahwa pilot memiliki risiko tinggi terkena kanker kulit dan juga kanker prostat.
Para pilot juga mengalami sindrom gangguan ritme sirkadian, namun untungnya para pilot biasanya memiliki jadwal dan juga waktu istirahat yang lebih baik dibanding kru kabin lainnya.
Sejauh ini belum ada studi yang mempelajari risiko orang yang sering terbang dengan pesawat terkena kanker. Tapi besar dugaan orang-orang tersebut juga memiliki risiko terkena kanker yang sama dengan kru kabin.
Batasan dalam studi
ADVERTISEMENT
Dalam studi terbaru ini, para peneliti memiliki beberapa batasan. Salah satunya adalah mereka tidak memperhitungkan bagaimana tiap individu terpapar UV, yang bisa mempengaruhi risiko kanker kulit.
Selain itu, para peserta studi juga melaporkan sendiri tingkat kanker mereka, dan juga hasil diagnosis tidak dikonfirmasi lebih lanjut oleh para peneliti.