LAPAN Pastikan Tsunami Selat Sunda Bukan karena Meteor Jatuh

23 Desember 2018 18:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gambar udara kondisi ssbuah pulau di dekat pesisir Pantai Tanjung Lesung yang di terjang tsunami. (Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar udara kondisi ssbuah pulau di dekat pesisir Pantai Tanjung Lesung yang di terjang tsunami. (Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tsunami di perairan Selat Sunda menerjang daerah pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu (23/12) malam. Penyebab pasti tsunami ini masih diselidiki oleh para ahli, karena datangnya musibah tidak diawali dengan gempa bumi seperti tsunami pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Selain gempa, tsunami juga bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti tanah longsor bawah laut, letusan gunung berapi, hingga meteor jatuh. Soal dugaan meteor jatuh penyebab tsunami, Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) punya tanggapan tersendiri.
LAPAN telah memastikan bahwa gelombang tsunami di perairan Selat Sunda bukan disebabkan oleh jatuhnya meteor, asteroid, atau benda asing antariksa lainnya. Hal ini disampaikan oleh Ketua LAPAN, Thomas Djamaluddin.
"Tidak ada info benda jatuh antariksa. Benda jatuh dari sampah antariksa tidak akan berdampak besar," kata Thomas ketika dihubungi kumparan, Minggu (23/12).
Ilustrasi Meteor (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Meteor (Foto: Pixabay)
Thomas menjelaskan, jika benar penyebab tsunami tersebut adalah benda dari langit, maka ia akan terlihat jelas ketika jatuh ke laut saat malam hari. "Meteorit besar pada malam hari pasti akan terlihat sebagai bolide sangat terang," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Bolide, menurut Thomas, adalah benda langit atau meteor yang sangat terang terutama yang meledak di atmosfer saat menuju Bumi.
Pria yang sudah memimpin LAPAN sejak 2014 ini menduga, jika longsoran di dalam laut menjadi faktor penyebab terjadinya tsunami di Selat Sunda. Meski tidak menutup kemungkinan bisa disebabkan oleh aktivitas Gunung Anak Krakatau. Semua dugaan ini disebutnya masih perlu kajian lebih lanjut.
PVMBG Duga Longsoran Bawah Laut Penyebab Tsunami
Di lain pihak, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut kemungkinan terbesar tsunami Selat Sunda disebabkan oleh longsoran bawah laut.
Sebelum gelombang tsunami melanda Banten dan Lampung, tercatat ada aktivitas vulkanik Anak Gunung Krakatau yang sempat meletus pada 29 Juni 2018 lalu. PVMBG menyebut, lontaran material letusan sebagian besar jatuh di sekitar tubuh Anak Krakatau.
Gunung Anak Krakatau Muntahkan Abu Vulkanik. (Foto: ANTARA FOTO/Atet Dwi Pramadia)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Anak Krakatau Muntahkan Abu Vulkanik. (Foto: ANTARA FOTO/Atet Dwi Pramadia)
Kabid Mitigasi Gunung Api PVMBG Wawan Irawan menilai penyebab munculnya gelombang tsunami yang paling memungkinkan adalah akibat adanya longsoran di bawah laut. Namun, masih diperlukan pengamatan lebih dalam untuk memastikan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
"Longsor bawah laut masih menjadi salah satu yang hipotesanya harus kita pecahkan. Gempa bumi sudah terpecahkan, nah, penyebab longsoran ini apa?" kata Wawan.
Ia mengakui, agak sulit mengumpulkan data awal terkait kejadian tersebut. Namun, pihaknya akan mengirimkan tim ke lapangan untuk memantau penyebab longsor tersebut.
Korban Tsunami Selat Sunda
Jumlah korban tsunami Selat Sunda yang melanda Banten dan Lampung masih terus bertambah. Per Minggu (23/12) pukul 16.00 WIB, BNPB mencatat ada 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka, dan 28 orang hilang.
Kendaraan di sekitar villa di Tanjung Lesung yang hancur di terjang tsunami. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kendaraan di sekitar villa di Tanjung Lesung yang hancur di terjang tsunami. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
Selain itu, data kerusakan bangunan juga terus bertambah. Saat ini, sudah ada 556 unit rumah rusak, 9 unit hotel rusak berat, 60 warung kuliner rusak, 350 kapal dan perahu rusak.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada korban warga negara asing. Semua warga Indonesia. Korban dan kerusakan ini meliputi di 4 kabupaten terdampak yaitu di Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan dan Tanggamus," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.