LIPI Adakan Ekspedisi ke 8 Pulau Terluar Indonesia, Berbiaya Rp 9 M

14 Agustus 2019 19:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pameran foto hasil kegiatan Ekspedisi Nusa Manggala di Jakarta. Foto: Farida Yulistiana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pameran foto hasil kegiatan Ekspedisi Nusa Manggala di Jakarta. Foto: Farida Yulistiana/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan ekspedisi ke delapan pulau terluar Indonesia. Pulau-pulau terluar yang menjadi tujuan ekspedisi bertajuk Ekspedisi Nusa Manggala ini adalah Yiew, Budd, Fani, Brass & Fanildo, Liki, Bepondi, dan Meossu serta satu gugusan kepulauan Ayau di kawasan Raja Ampat, Papua.
ADVERTISEMENT
“Ekspedisi Nusa Manggala merupakan salah satu bukti kehadiran negara di pulau-pulau terluar melalui aktivitas riset yang dilakukan LIPI,” terang Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, di Jakarta, Rabu (14/8). Handoko menjelaskan, pulau-pulau ini dipilih karena merupakan kawasan perbatasan laut Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Kawasan Strategis Nasional.
Pameran Foto di peluncuran hasil kegiatan Ekspedisi Nusa Manggala di Pacific Place Jakarta. Foto: Farida Yulistiana/kumparan
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Zainal Arifin, menjelaskan Ekspedisi Nusa Manggala adalah kegiatan penelitian untuk menggali data dan informasi sumber daya alam hayati dan non-hayati di kawasan pesisir pulau-pulau kecil terluar (PPKT) Indonesia.
“Kegiatan ini bertujuan mengidentifikasi pandangan, konsep pengelolaan dan best practices pengelolaan sumber daya pesisir di pulau-pulau kecil terluar untuk memberikan rekomendasi pengelolaan pulau-pulau terluar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta karakteristik sumber daya alamnya,” terang Zainal.
Pameran foto hasil kegiatan Ekspedisi Nusa Manggala di Jakarta. Foto: Farida Yulistiana/kumparan
Selama kurang lebih 60 hari, sekitar 55 peneliti Indonesia dari bidang ekologi, daya dukung lingkungan, sosial kemanusiaan, serta geomorfologi turut andil dalam ekspedisi yang menempuh perjalanan lebih dari 6.000 kilometer ini. Ekspedisi ini berlangsung dalam tiga leg yang berakhir pada 16 Desember 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
“Di Kepulauan Mapia tepatnya di Pulau Brass-Fanildo terdapat salah satu atol yang terbesar di Indonesia dengan luasan area lebih dari 3.000 hektare,” jelas Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dirhamsyah.
Menurut Dirhamsyah, atol tersebut menjadi habitat unik bagi beragam biota laut seperti karang hias Lobophyllia, Physogyra, dan Cynarina lacrimalis. “Bahkan semua jenis kerang kima yang ada di Indonesia yang berjumlah tujuh jenis dapat ditemukan di kepulauan ini ditambah catatan sebaran baru kehadiran jenis di Indonesia yaitu Tridacna noae,” ujarnya.
Pameran foto hasil kegiatan Ekspedisi Nusa Manggala di Jakarta. Foto: Farida Yulistiana/kumparan
Udhi Eko Hernawan, Koordinator Kegiatan Ekspedisi Nusa Manggala sekaligus peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, mengatakan bahwa ekspedisi ini menelan anggaran biaya sekitar Rp 9 miliar. “Kurang lebih Rp 9 M. Rp 9 M itu untuk biaya operasional kapal kurang lebih Rp 6 M. Satu hari Rp 100 juta. Kita total 60 hari. Sisanya untuk logistik, biaya penelitian, workshop, dan sebagainya,” bebernya.
ADVERTISEMENT
Dirhamsyah menerangkan, keluaran dari Ekspedisi Nusa Manggala adalah daftar isu strategis terkait pengelolaan sumber daya pesisir di pulau-pulau kecil terluar yang tertuang dalam naskah kebijakan. “Selain itu juga output dari penelitian juga berupa film dan buku mengenai kegiatan tersebut kepada pembuat kebijakan dan masyarakat,” imbuhnya.
Pameran Foto di peluncuran hasil kegiatan Ekspedisi Nusa Manggala di Pacific Place Jakarta. Foto: Farida Yulistiana/kumparan