LSM Turunkan Tim 'James Bond' Usut Pemburu Gajah Sumatera

13 Januari 2018 10:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Daniel Craig dalam film James Bond (Foto: http://www.007.com/characters/the-bonds/)
zoom-in-whitePerbesar
Daniel Craig dalam film James Bond (Foto: http://www.007.com/characters/the-bonds/)
ADVERTISEMENT
Ekspansi besar perkebunan kelapa sawit di hutan Sumatra memaksa gajah-gajah liar meninggalkan habitatnya. Kondisi itu membuat gajah sering kali masuk ke hunian warga setempat, sehingga konflik dengan manusia tak dapat terhindarkan.
ADVERTISEMENT
Konflik ini semakin berbahaya, terutama di desa-desa terpencil yang jauh dari markas penjaga hutan. Mereka yang tidak suka dengan gajah akan melakukan berbagai cara agar hewan itu tidak masuk ke pemukiman, termasuk membunuhnya dengan racun. Bagi pemburu, ini adalah kesempatan yang bagus untuk berburu gajah.
Kasus pembunuhan atau perburuan pada gajah sangat sulit diusut. Ini membuat banyak grup perlindungan alam di Indonesia untuk turun tangan melakukan investigasi langsung secara independen. Salah satu organisasi yang melakukannya adalah Wildlife Conservation Society Indonesia.
Organisasi perlindungan hewan yang telah bekerja di Indonesia sejak tahun 1960-an ini punya tujuh tim detektif yang tersebar di seluruh Indonesia untuk menyelidiki pembunuhan hewan liar. Tim tersebut sering melakukan investigasi secara undercover alias sembunyi-sembunyi seperti James Bond.
ADVERTISEMENT
"Sumber daya pemerintah untuk menginvestigasi agak terbatas," jelas Dwi Adhiasto, pemimpin grup investigasi di Indonesia. "Untuk melakukan investigasi, Anda butuh waktu yang cukup panjang. Bukan hanya seminggu atau sebulan, tetapi terkadang sampai setahun."
Sebagai contoh, beberapa waktu lalu, Mawardi, seorang nelayan Mekar Jaya, sebuah desa di Bengkulu, menemukan dua gajah mati saat sedang dalam perjalanan ke sungai. Penemuan dua gajah mati itu dinilai tidak alami, sehingga kelompok perlindungan hewan menduga kematiannya akibat diracun orang.
Gajah Sumatera Mati (Foto: Jabir/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Gajah Sumatera Mati (Foto: Jabir/Antara)
Tapi ketika penyidik pemerintah datang, mereka justru gagal menemukan pelaku atau bahkan menemukan dua gajah tersebut.
"Sangat tidak jelas, tidak ada seorang pun yang bisa menemukan gajah itu," kata Sumarsono, penjaga hutan yang menyelidiki kasus tersebut. Ia juga menjelaskan kasus tersebut telah ditutup.
ADVERTISEMENT
Masalah lainnya adalah tidak terbukanya masyarakat kepada polisi. Menurut anggota organisasi perlindungan hewan Auriga, Supintri Yohar, terkadang masyarakat setempat juga enggan memberikan informasi pada polisi karena khawatir membuat tetangganya berada dalam masalah.
Ilustrasi menaiki gajah (Foto: HOANG DINH NAM / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menaiki gajah (Foto: HOANG DINH NAM / AFP)
Hal itu membuat para detektif harus menggunakan cara lain untuk mendekati orang yang dicurigai sebagai pemburu liar. Salah satu caranya adalah dengan berpura-pura menjadi pembeli, untuk mempelajari barang yang ada di pasar, dan kemudian membawa barang tersebut sebagai bukti ke polisi sekaligus mendorong mereka untuk melakukan tindakan penangkapan.
"Penyelidik kami sulit dibedakan dengan orang biasa," kata Dwi. "Ketika polisi melakukan operasi, langsung jelas siapa pelakunya," tambahnya menjelaskan keuntungan tim detektifnya.
Dwi juga menambahkan bahwa tim detektifnya memiliki hasil yang cukup baik. Dari 101 operasi penangkapan yang dilakukan pemerintah Indonesia di tahun 2016, 49 di antaranya mendapatkan bantuan dari tim detektif mereka.
ADVERTISEMENT
Memang apa yang telah dilakukan masih belum cukup untuk menyelamatkan gajah Sumatra. Namun berkat adanya para pemberani dalam tim detektif, setidaknya jumlah pemburu liar yang ditangkap bisa meningkat.