Mahasiswa IPB Ciptakan Bioetanol dari Limbah Tepung Tapioka

19 Juli 2018 17:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produksi tepung tapioka (Foto: ANTARA FOTO/Agvi Firdaus)
zoom-in-whitePerbesar
Produksi tepung tapioka (Foto: ANTARA FOTO/Agvi Firdaus)
ADVERTISEMENT
Sebagian besar energi yang manusia gunakan masih bersumber dari fosil. Padahal ketersediaan sumberdaya tersebut sangat terbatas dan kurang ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian formulasi dan uji emisi bioetanol dengan memanfaatkan salah satu limbah pabrik, yakni limbah pembuatan tepung tapioka.
Ketiga mahasiswa tersebut bernama Danty Oktiana, Yudha Putra, dan Novi Anggita. Bermula dari Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian (PKM PE) 2018, mereka membuat riset berjudul “Formulasi dan Uji Emisi Bioetanol Terspesifikasi LCGC (Low Cost Green Car) dari Limbah Pabrik Tepung Tapioka”. Penelitian tersebut dibimbing oleh dosen IPB, Dr. Dimas Andrianto, S.Si., M.Si.
Tim mahasiswa IPB yang membuat bioetanol dari tepung tapioka (Foto: Dok. Humas IPB)
zoom-in-whitePerbesar
Tim mahasiswa IPB yang membuat bioetanol dari tepung tapioka (Foto: Dok. Humas IPB)
Tahapan pembuatan bioetanol dari limbah tepung tapioka dimulai dengan merebus limbah tersebut untuk menghilangkan bakteri yang ada. Selanjutnya, dilakukan fermentasi terhadap bahan dari limbah tersebut dengan bantuan jamur Saccharomyces selama empat hari.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui keberhasilan fermentasi, dilakukanlah uji gula dan uji etanol. Usai fermentasi, limbah tersebut dilakukan pemurnian, atau sering juga disebut sebagai proses distilasi, pada suhu 78 derajat Celcius dan kemudian diakhiri dengan adisi atau pencampuran hasil pengolahan limbah tersebut ke bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.
“Dibutuhkan tiga kilogram limbah tepung tapioka untuk menghasilkan satu liter bioetanol,” ujar Danty selaku Ketua Tim PKM tersebut, dikutip dari siaran pers Humas IPB yang diterima kumparan.
Tepung tapioka (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Tepung tapioka (Foto: Thinkstock)
Danty menjelaskan, dasar pemilihan limbah tepung tapioka ini adalah karena banyaknya pabrik pengolahan tepung tapioka yang tutup. Akibatnya, pemanfaatan singkong menjadi bahan olahan pun menurun dan petani singkong pun mengalami penurunan pendapatan.
“Padahal kalau pabrik masih mengolah singkong, limbahnya bisa dimanfaatkan untuk produksi bioetanol yang akan meningkatkan produksi singkong, lalu dapat menguntungkan bagi petani dan pabrik tentunya,” jelas Danty.
ADVERTISEMENT
Menurut Danty, bioetanol dari singkong bisa membuat harga BBM jadi lebih murah. Apabila harga BBM murah, maka bahan pangan yang terjual di pasar bisa juga jadi lebih murah. Selain murah, bahan bioetanol yang berbasis limbah ini juga lebih ramah lingkungan dibandingkan sumberdaya nonlimbah.
Danty berharap penelitian ini “dapat menjadi sugesti positif bagi pemerintah dalam menerapkan regulasi penambahan bioetanol ke BBM jenis premium.”
“Selama ini variasi bahan bioetanol itu banyak, tapi tidak sampai ke masyarakat karena tidak didukung dengan regulasinya,” pungkasnya.